Senin 15 Mar 2021 13:55 WIB

Cile Jadi Negara Terdepan dalam Vaksinasi di Amerika Latin

Lebih dari 25 persen populasi Cile telah mendapat vaksin Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Cile menjadi salah satu negara paling depan di Amerika Latin dalam melakukan vaksinasi Covid-19 terhadap populasinya. Secara global kampanye vaksinasi Cile berada di belakang Israel, Uni Emirat Arab, dan Inggris Raya. 

Lebih dari 25 persen dari total 19 juta penduduk Cile telah menerima setidaknya satu dosis suntikan vaksin Covid-19. Rekor Cile dalam melakukan vaksinasi terhadap penduduknya mendapatkan pujian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Baca Juga

Pada awal pandemi Covid-19, Cile menjadi salah satu negara yang paling terpukul dan dikritik karena ketidakmampuannya melacak serta mengisolasi orang yang terinfeksi virus tersebut. Bahkan, unit perawatan intensif di Cile hampir penuh dan pemerintah tidak dapat mengendalikan penyebaran virus meski telah melakukan penguncian nasional.

Pejabat pemerintah dan pakar kesehatan mengatakan, Cile bisa bangkit dari keterpurukan virus corona berkat negosiasi awal dengan produsen vaksin. Menteri Sains Andres Couve mengatakan bahwa negosiasi formal dengan perusahaan penghasil vaksin dimulai pada April tahun lalu, sebulan setelah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global.

Couve mengatakan, pada Mei tim ahli dan pejabat mempresentasikan rencana negosiasi dengan produsen vaksin Covid-19 kepada Presiden Sebastian Pinera. Mereka membuat peta jalan dan memanfaatkan jaringan melalui perjanjian perdagangan dengan negara untuk mendapatkan vaksin. Cile juga melakukan kontak sebelumnya dengan perusahaan farmasi untuk mendapatkan vaksin setelah dikembangkan, termasuk rekomendasi menjadi bagian dari uji klinis.

Baca juga : Mosi tidak Percaya 26 DPC, Ini Penjelasan Nasdem Surabaya

Upaya itu dibantu kontak yang dibuat beberapa bulan sebelumnya di China. Pada Oktober 2019, ahli biokimia Cile, Alexis Kalergis telah melakukan perjalanan ke Beijing bersama dua rekan Cile untuk menghadiri kongres internasional tentang imunologi. Di sana, Kalergis bertemu dengan para ahli dari farmasi China, Sinovac Biotech Ltd.

Kalergis telah mendekati Sinovac untuk mengerjakan penelitian vaksin. Pada Januari 2020 ketika China mengumumkan telah mengidentifikasi virus corona baru, Kalergis tahu dia perlu menghubungi rekan-rekannya di Sinovac.

“Memanfaatkan pengalaman kami, kontak dan minat yang kami ungkapkan, kami memulai percakapan dengan Sinovac,” kata Kalergis, yang merupakan direktur Milenio Institute for Immunology and Immunotherapy di Catholic University.

Kalergis berbicara dengan rekan-rekannya di Sinovac pada Januari dan Februari 2020, kemudian pergi ke Dekan Universitas Katolik Ignacio Sánchez dengan perincian recananya. Kalergis ketika itu mengusulkan rencananya kepada menteri kesehatan dan menteri luar negeri Cile. Pemerintah sepakat atas usulan Kalergis dan membuat kontak diplomatik. 

Kalergis mengatakan, pada Juni Cile telah mendapatkan kontrak dengan Sinovac, yang setuju untuk mengirimkan batch awal setelah vaksin itu disahkan. Ketika itu, tidak ada satupun negara Amerika Latin yang mendapatkan vaksin. Wakil Menteri untuk hubungan ekonomi internasional dan memimpin negosiator dengan perusahaan untuk mendapatkan vaksin, Rodrigo Yanez mengatakan, Cile memahami sejak awal bahwa mereka perlu bekerja dengan perusahaan farmasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.

Baca juga : Palestina Lockdown Wilayah Tepi Barat

"Kami mencari alternatif yang berbeda," ujar Yanez. 

Cile adalah bagian dari uji klinis Sinovac yang dimulai pada bulan Desember dan melibatkan 2.300 pekerja medis. Uji coba vaksin oleh AstraZeneca, Janssen dan perusahaan farmasi China CanSino juga dilakukan di Cile.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement