REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Pemerintah Yaman, Selasa (16/3), menganggap penyerbuan istana presiden di kota selatan Aden sebagai serangan terhadap negara bagian. Demonstran masuk ke istana kepresidenan Al-Maashiq di tengah kemarahan publik atas kurangnya layanan, kondisi kehidupan yang buruk dan depresiasi mata uang lokal.
"Demonstrasi ini, yang tidak lagi damai, hanya melayani mereka yang menyerukan kekacauan, mereka yang mengancam keamanan dan stabilitas, terutama milisi Houthi," kata kantor berita resmi Yaman.
Aksi protes tersebut menyoroti perlunya upaya ganda untuk segera menyelesaikan implementasi Perjanjian Riyadh dalam hal keamanan dan militer.
Pemerintah mengatakan memahami tuntutan dan hak warga negara yang sah, terutama pada tingkat layanan dan perbaikan situasi ekonomi, merupakan masalah prioritas. Sejumlah pejabat pemerintah berada dalam istana ketika pengunjuk rasa menyerbu gedung.
Pengunjuk rasa mundur dari istana setelah dibujuk oleh Direktur Polisi Aden Mayjen Mutahar Al-Shuaibi. Yaman telah dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk Ibu Kota Sana'a.