REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bagi Mohammad Ahsan, seorang penduduk kamp pengungsi Rohingya, pemandangan kebakaran besar yang menimpa kamp pengungsi pada Senin (22/3) di selatan Bangladesh hampir menyerupai hari kiamat.
Setidaknya 15 orang tewas dalam kobaran api besar itu, sementara lebih dari 550 lainnya terluka di kamp pengungsi terbesar di dunia, menurut laporan Badan Pengungsi PBB. Kamp yang ramai itu saat ini menampung 1,2 juta orang Rohingya, yang sebagian besar telah melarikan diri dari tindakan kekerasan militer Myanmar pada 2017.
"Api memusnahkan tenda, mereka jatuh seperti kartu domino. Orang-orang yang dilanda kepanikan berlarian ke sana kemari," kata Ahsan kepada Anadolu Agency.
"Bagi saya, ini seperti hari kiamat," ujar dia.
Api dipadamkan setelah sembilan jam oleh petugas pemadam kebakaran, kata Mohammad Abdullah, seorang pejabat departemen pemadam kebakaran wilayah kamp pengungsian.
"Di antara korban jiwa, tiga pria, dua wanita, dan dua anak," ungkap dia.
Menurut laporan awal, ledakan tabung gas menyebabkan kebakaran yang membakar 10.000 tenda darurat dan mengubahnya jadi abu.
"Banyak dari korban berlindung di kamp-kamp terdekat, kebanyakan dari mereka bermalam di jalan atau di tempat terbuka terdekat," kata Mayyu Khan, seorang pemimpin pemuda Rohingya kepada Anadolu Agency.
Otoritas bantuan pengungsi Bangladesh masih bungkam terhadap korban berjatuhan sejauh ini.
"Kami sedang menyelidiki insiden itu dan akan mendirikan tenda baru untuk orang-orang yang terlantar dengan bantuan dari badan-badan bantuan," kata Mohammad Shamsud Douza, komisaris Komisi Bantuan dan Pemulangan Pengungsi, kepada Anadolu Agency.
Rumah sakit lapangan milik Turki hancur