REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- PBB dan badan kemanusiaan internasional mendesak Bangladesh mencabut pagar kawat berduri yang mengelilingi area kamp pengungsi Rohingya. Desakan itu muncul setelah bencana kebakaran yang melenyapkan puluhan ribu pondok pengungsi.
"Upaya penyelamatan (kebakaran) terbukti menantang sebagai hasil dari keberadaan pagar perimeter. Dalam beberapa kasus, pengungsi sendiri memotong pagar untuk menghindari api,” kata PBB dalam pernyataan bersama badan bantuan lokal serta internasional, dikutip laman Aljazirah, Rabu (24/3).
Kendati demikian, komisioner pengungsi Bangladesh Shah Rezwan Hayat membela keberadaan pagar kawat berduri tersebut. “Saya tidak percaya pagar ini menghambat upaya penyelamatan. Ada cukup jalan di kamp dan ratusan pejabat kami, polisi dan relawan ada di sana untuk menyelamatkan mereka,” ujarnya.
Dia mengatakan pagar tidak dibangun di dalam kamp sebagai pembatas antar-blok pondok. Pagar kawat berduri didirikan di batas luar kamp untuk memastikan keselamatan dan keamanan orang-orang Rohingya. "Jika pagar berfungsi sebagai penghalang, bagaimana mungkin puluhan kendaraan pemadam kebakaran, mobil polisi memasuki kamp dalam waktu 20 menit setelah kebakaran?” ucapnya.
Wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas para pengungsi Rohingya, Mohammad Shamsud Douza, juga mengatakan pemagaran bukanlah masalah besar. “Ini menyebar sangat cepat sehingga beberapa orang yang tidak bisa keluar langsung meninggal . Bukan pagar kawat berduri yang mencegah mereka melarikan diri,” ucapnya.