Selasa 06 Apr 2021 22:13 WIB

Rusia Buka Kemungkinan Buat Alat Militer di India

AS telah berusaha untuk mencegah negara-negara membeli senjata Rusia.

Tank Rusia(ilustrasi)
Foto: EPA/Sergei Chirikov
Tank Rusia(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI  -- Rusia sedang membicarakan kemungkinan produksi tambahan peralatan militernya di India. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Ketika berbicara pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar di New Delhi, Selasa, Lavrov tidak merinci jenis peralatan apa yang bisa dibuat di India. Namun, para pejabat dari kedua negara mengatakan pemerintah mereka telah membahas selama beberapa tahun kemungkinan membuat helikopter militer Rusia di India.

Baca Juga

"Kami telah mengonfirmasi tekad kami terhadap pengembangan kerja sama teknis-militer. (Kerja sama) ini memiliki rencana sendiri, dan prospek untuk produksi tambahan peralatan militer Rusia di wilayah India sedang dibahas," kata Lavrov.

Ia menambahkan ada komisi antarpemerintah yang menangani masalah tersebut.Meskipun perjanjian semacam itu akan sesuai dengan program make-in-India (dibuat di India--red) yang digagas Perdana Menteri India Narendra Modi, langkah itu dapat membuat marah Amerika Serikat.

Lavrov mengatakan AS telah berusaha untuk mencegah negara-negara membeli senjata Rusia. Tetapi, topik soal keberatan AS tidak muncul selama pembicaraannya dengan Jaishankar, yang berfokus pada pendalaman hubungan militer.

Washington telah memperingatkan bahwa New Delhi berisiko menghadapi sanksi jika India melanjutkan pembelian sistem rudal darat ke udara S-400 Rusia berdasarkan kesepakatan yang dicapai pada 2018. Meskipun AS tidak membuat ancaman yang sama atas pembelian senjata India lainnya dari Rusia.

AS telah mendesak India untuk tidak membeli sistem pertahanan udara S-400 karena dapat memicu sanksi berdasarkan Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi. Turki dikenai sanksi tersebut tahun lalu karena membeli peralatan yang sama. India melakukan pembayaran awal sebesar 800 juta dolar AS (sekitar Rp11,6 triliun) pada 2019, dan paket pertama artileripeluru kendali diharapkan akan dikirim menjelang akhir tahun ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement