Kamis 15 Apr 2021 15:07 WIB

Pasukan Myanmar Tembaki Demonstran Pekerja Medis

Penindakan keras militer Myanmar terhadap demonstran berisiko menjadi konflik sipil

Red: Nur Aini
Pengunjuk rasa anti-kudeta berbaris membawa slogan di atas pot dengan bunga saat mereka menandai festival Thingyan pada hari Selasa 13 April 2021 di Yangon, Myanmar.
Foto: AP/AP
Pengunjuk rasa anti-kudeta berbaris membawa slogan di atas pot dengan bunga saat mereka menandai festival Thingyan pada hari Selasa 13 April 2021 di Yangon, Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pasukan keamanan Myanmar menembaki demonstran prodemokrasi pekerja medis di Kota Mandalay, hingga menimbulkan korban jiwa. Hal itu diberitakan media setempat pada Kamis (15/4).

Para penentang kudeta 1 Februari, yang melengserkan pemerintahan terpilih pimpinan penerima Nobel, Aung San Suu Kyi terus melakukan perlawanan terhadap militer selama Tahun Baru pekan ini dengan serangkaian aksi protes. Pekerja medis, yang beberapa di antaranya berada di garis terdepan kampanye melawan kudeta, awalnya berkumpul di kota kedua Mandalay. Namun, pasukan keamanan langsung tiba untuk membubarkan mereka, melepaskan tembakan dan menangkap sejumlah demonstran, Kantor Berita Mizzima memberitakan.

Baca Juga

Menurut Mizzima, pihaknya belum mendapat rincian mengenai korban jiwa atau penangkapan. Layanan BBC berbahasa Burma juga melaporkan penindasan terhadap demonstran petugas medis.

Juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk diminta komentar. Kudeta telah menyeret Myanmar ke dalam krisis setelah 10 tahun menuju demokrasi, dengan protes dan aksi pembangkangan terjadi setiap harinya, termasuk aksi mogok pekerja di banyak sektor, yang menghentikan roda perekonomian.

Liburan Tahun Baru lima hari, yang disebut Thingyan, dimulai pada Selasa. Namun para pegiat prodemokrasi membatalkan festival tahunan itu untuk berfokus pada penentangan mereka terhahap para jenderal yang telah merebut kekuasaan.

Militer mengeklaim aksi protes berkurang. Kelompok Assistance Association for Political Prisoners mengungkapkan bahwa pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan 715 demonstran sejak pemerintahan Suu Kyi dilengserkan. Kantor HAM PBB pada Selasa (13/4) mengaku khawatir bahwa penindakan keras militer terhadap demonstran berisiko menjadi konflik sipil, seperti yang terjadi di Suriah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement