Selasa 04 May 2021 16:22 WIB

Arab Saudi Kemungkinan akan Normalisasi Hubungan dengan Iran

MBS mengaku ingin rakyat Iran sejahtera.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Putra Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman di forum Investasi Arab Saudi
Foto:

Namun, karena MBS menyebut program nuklir Iran sebagai "masalah negatif", Tomar mengindikasikan bahwa tampaknya sulit untuk melihat perkembangan apa pun dalam jangka pendek.

Sementara seorang akademisi di Institut Studi Timur Tengah Universitas Marmara, Serhan Afacan mengatakan, bagian yang paling luar biasa dari pidato pangeran adalah saat dia berkata bahwa, mereka bekerja dengan mitra global dan regional untuk menemukan solusi bagi masalah ini.  

"Memperhatikan bahwa ketegangan antara Syiah Iran dan Sunni Arab Saudi tidak hanya karena perbedaan ideologis, maka dapat dipahami bahwa tujuan utama pernyataan Mohammed bin Salman adalah untuk AS," ujar Afacan.

Afacan mengatakan, MBS ingin menyampaikan pesan kepada Washington bahwa mereka tidak dapat menakut-nakuti Iran. MBS mengaku dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan Iran. "Untuk Arab Saudi, proksi Iran dan rudal balistik setidaknya menjadi masalah yang sama banyaknya dengan program nuklirnya, dan mungkin bahkan lebih. Dengan kata lain, penting bahwa cara ini berubah menjadi tindakan yang berarti," kata Afacan.

Pakar kebijakan luar negeri di Iranian Studies Center (IRAM) di Ankara, Rahim Farzam menunjukkan bahwa  kemungkinan normalisasi antara Iran dan Arab Saudi, muncul setelah AS mengisyaratkan perubahan pendekatannya terhadap Iran setelah kepergian mantan Presiden Donald Trump.

Dia mencatat bahwa Presiden AS saat ini Joe Biden mengikuti kebijakan yang sangat lunak terhadap Iran, tidak seperti Trump. Iran dan Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik sejak 2016,  "Washington, yang bahkan tidak bereaksi terhadap penargetan sekutu terpentingnya Israel di Timur Tengah oleh milisi yang didukung Iran, akan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. Sikap Washington yang memprioritaskan diplomasi dengan Iran harus dibaca sebagai pesan yang kuat kepada AS," ujar Farzam.

"Diplomasi muncul sebagai pilihan bijak untuk Riyadh. Sedangkan bagi Iran, diplomasi bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara Teluk, khususnya Arab Saudi," tambahnya.

Namun Farzam menunjukkan bahwa banyak perbedaan mendasar yang harus diatasi agar kedua negara dapat meningkatkan hubungan. Oleh karena itu, kecil kemungkinan bahwa negosiasi ini akan menghasilkan hasil yang sukses yang akan menutup kesenjangan antara kedua negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement