REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Sebuah lembaga swadaya masyarakat Venezuela mengatakan pada Senin (10/5) bahwa delapan tentara dari negara OPEC itu ditahan oleh faksi kelompok pemberontak Kolombia setelah pertempuran pecah di sepanjang zona bersama perbatasan kedua negara.
Javier Tarazona, direktur LSM Fundaredes, menunjukkan foto dua halaman yang diduga komunike dari Front 10 pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) yang menyebut nama-nama tentara itu. Para pemberontak menyatakannya sebagai tawanan perang.
Dokumen tersebut tidak bertanggal dan ditujukan kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC).Tarazona mengatakan dalam sebuah video yang diunggah di akun Twitter-nya bahwa tentara tersebut telah berada bersama Front 10 FARC sejak 23 April setelah penyergapan di perbatasan.
"Kami mengetahui pernyataan itu," kata Cecilia Goin, juru bicara ICRC di Venezuela.
Dia menolak untuk berkomentar lebih lanjut, dengan mengatakan pekerjaan kemanusiaan ICRC bersifat rahasia. Kementerian Informasi Venezuela tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pihak berwenang di Caracas telah melaporkan pertempuran dengan kelompok bersenjata ilegal Kolombia, yang tidak mereka identifikasi, di Apure sejak 23 Maret. Setidaknya selusin tentara Venezuela telah tewas, sementara Layanan Migrasi Kolombia mengatakan bahwa sekitar 5.000 orang telah tiba setelah melarikan diri dari konfrontasi tersebut.
Kritikus oposisi mengatakan para pejuang itu termasuk gerilyawan FARC pembangkang yang menolak kesepakatan damai 2016 dengan pemerintah Kolombia. Pemerintah Presiden Nicolas Maduro menyebut mereka "teroris".
Menteri Pertahanan Jenderal Vladimir Padrino belum memberikan rincian penyebab bentrokan tersebut, tetapi spesialis militer dan LSM yang bekerja di daerah perbatasan mengaitkan kekerasan tersebut dengan berbagai penyebab, seperti pertempuran untuk mengontrol landasan pacu perdagangan narkoba.