REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Israel melanjutkan serangan udara di Jalur Gaza, termasuk meluncurkan peluru artileri pada Jumat (14/5). Langkah ini dilakukan, meski seruan internasional telah datang agar ketegangan yang terjadi segera dihentikan untuk melindungi warga sipil di wilayah Palestina.
Pasukan militer Israel mengerahkan pasukan dan tank di dekat wilayah Palestina yang dikuasai. Meski demikian, belum ada serangan darat yang terjadi, seperti diberitakan sebelumnya.
Menurut laporan dari kontributor Aljazirah di Gaza, Safwat Al Kahlout, operasi darat membutuhkan banyak persiapan dan pasukan. Ia mencatat bahwa kemungkinan jumlah tank, artileri, dan pasukan saat ini belum cukup.
Dalam pernyataan terpisah, militer Israel juga membantah bahwa serangan darat di Gaza telah dimulai. Ketegangan antara Israel dan Palestina saat ini meningkat, dimulai dari satu bulan lalu di Yerusalem, saat pengadilan Israel mengeluarkan putusan penggusuran puluhan keluarga Palestina agar kediaman mereka kemudian ditempati oleh pemukim Yahudi. Langkah ini memicu protes di seluruh wilayah Palestina yang diduduki Israel.
Situasi semakin memburuk saat polisi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsha di Kota Tua Yerusalem, sekaligus situs suci ketiga bagi Umat Islam. Ratusan jamaah yang kebanyakan adalah warga Palestina terluka dalam kejadian ini.
Hamas, faksi politik di Jalur Gaza meluncurkan roket ke Israel sebagai langkah balasan. Israel kemudian meluncurkan serangan udara ke Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan tersebut.
Warga Palestina harus merayakan hari pertama Idul Fitri 1442 H yang jatuh pada Kamis (13/5) di bawah pemboman udara tanpa henti. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sejauh ini ada 113 korban tewas, termasuk sedikitnya 31 anak-anak dan lebih dari 580 lainnya terluka.