Belum lama ini, kata Naimi, pemecatan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu oleh faksi-faksi yang bersaing membuktikan bahwa para petinggi rezim Zionis merasa ngeri.
Mereka melihat krisis sebagai kebijakan Netanyahu dalam upaya mempertahankan kekuasaan sangat berisiko.
Para politisi Israel mengakui bahwa berlanjutnya konflik dapat menimbulkan situasi yang menghancurkan bagi keberadaan rezim Zionis.
Konsekuensi dari perang yang erosif tersebut akan mengubah perimbangan kekuasaan di wilayah pendudukan Palestina, karena Palestina tidak punya pilihan lain selain pertempuran untuk menentukan nasib mereka.
Menurut Naimi, rakyat Palestina menderita karena tujuh dekade pendudukan, banyaknya pengungsian, kekejaman dan pembantaian.
Sebaliknya, mereka tidak melihat tindakan internasional yang nyata untuk menghentikan kejahatan rezim Zionis.
Naimi mengatakan, dengan demikian, bangsa tertindas ini ingin memutuskan nasib mereka sendiri meskipun mereka harus membayar harga mahal untuk pembebasan Palestina.
Perlu disebutkan, jelas dia, peran media sangat signifikan dalam mengungkap hakikat rezim Zionis yang sebenarnya, yaitu membunuh anak-anak dan warga sipil tak berdosa.