REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, menyebut pendudukan Israel di wilayah Palestina sebagai apartheid. Dia merupakan pejabat Prancis pertama yang menggunakan istilah tersebut untuk Israel.
Le Drian memperingatkan risiko apartheid jangka panjang di Israel jika Palestina gagal mendapatkan negara sendiri. “Ini pertama kalinya dan jelas menunjukkan jika pada masa depan kita memiliki solusi selain solusi dua negara, kita akan memiliki bahan-bahan apartheid yang tahan lama,” kata Le Drian dalam wawancara radio RTL dan surat kabar Le Figaro.
Le Drian mengatakan, risiko apartheid akan terus terjadi jika Israel bertindak dan mempertahankan status quo. Dia menambahkan, serangan Israel selama 11 hari telah menunjukkan kebutuhan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Timur Tengah yang hampir mati. “Kami harus mengambil satu langkah pada satu waktu,” ujar dia.
Le Drian mengaku puas dengan siap Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang telah menegaskan kembali dukungannya menciptakan negara Palestina bersama Israel.
Seperti dilansir Daily Sabah, Senin (24/5), ketegangan meningkat di seluruh wilayah Palestina sejak bulan lalu atas putusan pengadilan Israel untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah. Situasi memburuk setelah pasukan Israel menggerebek Masjid al-Aqsa dan menyerang jamaah di dalamnya.
Ketegangan menyebar ke Jalur Gaza dengan Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan sedikitnya 279 warga Palestina, termasuk 69 anak-anak dan 40 wanita, serta melukai lebih dari 1.900 warga Palestina.