Selasa 08 Jun 2021 07:48 WIB

Menlu Inggris Bertemu Pangeran MBS Bahas Iran

Kedua pihak juga membahas upaya menjaga stabilitas keamanan di kawasan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman
Foto: Saudi Press Agency via AP
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) pada Senin (7/6). Pertemuan tersebut membahas tentang Iran, hubungan bilateral kedua negara, dan perubahan iklim.

Raab menyatakan, Riyadh adalah teman dekat dan mitra lama dari London. "Inggris menegaskan kembali komitmen kami untuk mengatasi tantangan keamanan bersama kami, termasuk ancaman Iran dan konflik lanjutan di Yaman," ujar sebuah pernyataan kantor Kementerian Luar Negeri mengutip Raab.

Baca Juga

Kunjungan Raab dilakukan ketika kekuatan global bekerja untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada 2015 dengan Iran. Upaya itu telah ditentang Arab Saudi karena tidak menangani program rudal Iran dan dukungan untuk proksi regional, termasuk di Yaman.

Arab Saudi telah mendesak kekuatan global untuk mengamankan kesepakatan yang lebih kuat dengan durasi lebih lama pada pembicaraan di Wina. Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan dalam sebuah unggahan di Twitter bahwa penguasa de facto kerajaan dan menteri luar negeri Inggris telah membahas upaya untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas regional serta kerja sama bersama di berbagai bidang.

Raad yang juga bertemu dengan mitranya dari Saudi dengan membahas perdagangan dan perubahan iklim dan mengangkat masalah hak asasi manusia. "Terutama seputar reformasi keadilan dan kebebasan berekspresi media," kata Kementerian Luar Negeri.

Catatan hak asasi manusia Arab Saudi menjadi sorotan setelah pembunuhan  jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat kerajaan Istanbul oleh agen Saudi pada 2018. Negara ini pun dikenal dengan penahanan aktivis hak-hak perempuan.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement