Senin 21 Jun 2021 16:25 WIB

Pengamat Arab Saudi: Iran akan Tetap Garis Keras

Arab Saudi masih bungkam dengan kemenangan garis keras dalam pemilihan presiden Iran

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden terpilih Iran, Ebrahim Raisi.
Foto:

Pengamat mengatakan progres perundingan di Vienna tergantung pada pembicaraan tak langsung antara Riyadh dan Teheran yang digelar bulan April lalu. Pembicaraan tak langsung itu dilakukan untuk menahan ketegangan yang memanas karena serangan ke kilang minyak Arab Saudi pada tahun 2019 lalu.

"Rekonsiliasi dengan Iran mungkin terjadi tapi dengan kerangka kerja politik yang pragmatis, bahasa moderasi dan setara satu-satunya bahasa yang dapat menahan Iran," tulis kolumnis Arab Saudi, Ali al-Kheshaiban dalam opininya di surat kabar Al Riyadh.

Pada bulan April lalu Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan ia ingin memiliki hubungan baik dengan Teheran. Ia mengadopsi nada yang lebih hangat untuk menyeimbangkan antara permusuhan lama dengan pertimbangan ekonomi dan menjembatani perbedaan dengan Washington mengenai bagaimana menghadapi perilaku Teheran di kawasan.

Presiden AS Joe Biden yang ingin Iran menghentikan program nuklir dan dukungan ke proksi-proksi di Timur Tengah telah menarik dukungan ke koalisi Arab Saudi di Yaman, Koalisi itu berperang melawan kelompok Houthi yang didukung Iran.

Pengamat politik Arab Saudi lainnya Khaled Suleiman menulis di surat kabar Okaz, Washington 'memberikan pipinya' ke Iran. Menurutnya, AS seharusnya tidak memberikan 'konsesi gratis' yang membuat Iran berani. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement