REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Sebuah gedung milik badan nuklir Iran mengalami serangan sabotase pada Rabu, menurut sumber keamanan. Insiden itu terjadi di daerah Karaj, pinggiran kota besar di barat Teheran, pada Rabu pagi, kata sumber tersebut.
Serangan itu digagalkan para petugas keamanan sebelum para pelaku sabotase berhasil menyelinap ke dalam gedung, tambah sumber tersebut. Media Iran juga melaporkan "serangan drone" di gedung Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), yang menurut mereka telah digagalkan.
Sebelumnya, media Iran melaporkan bahwa lini produksi vaksin Covid-19 yang diproduksi di dalam negeri, Baraket, telah diserang oleh pesawat tanpa awak, tetapi laporan tersebut kemudian dibantah.
Wartawan senior dan pengamat politik Iran Mostafa Khoshchesm mengatakan di Twitter bahwa AS dan Israel "tampaknya ingin mengirim pesan ke Iran".
"Mereka mungkin tidak tahu, tetapi mereka telah memilih musuh yang tepat pada waktu yang tepat," tutur Khoshchesm.
Insiden itu terjadi sehari setelah situs-situs penyiar internasional milik negara Iran, Press TV dan Al-Alam, diblokir oleh Departemen Kehakiman AS karena dugaan "pelanggaran sanksi AS".
Pada Senin, Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi mengirim pesan keras kepada Washington, menyerukannya untuk kembali sepenuhnya mematuhi komitmen kesepakatan nuklir 2015 dan mencabut sanksi terhadap negaranya.
Ini bukan serangan sabotase pertama terhadap fasilitas nuklir Iran. Pembangkit nuklir Natanz di provinsi Isfahan Iran juga mengalami serangkaian serangan selama bertahun-tahun, di mana Iran menyalahkan Israel berada di balik serangan tersebut.
Serangan terakhir dilaporkan pada April tahun ini ketika pemadaman listrik di fasilitas bawah tanah menghentikan sementara kegiatan pengayaan uranium di sana.
Iran menggambarkannya sebagai tindakan "terorisme nuklir" dan menuding Israel melakukannya. Menteri Luar Negeri Javad Zarif mengatakan bahwa Teheran akan "membalas dendam" atas serangan itu.