REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Militer China meminta Taiwan menyadari bahwa masa depan mereka tergantung pada 'reunifikasi dengan China. Negeri Tirai Bambu menambahkan Taiwan juga tidak dapat mengandalkan Amerika Serikat (AS).
Hal ini disampaikan saat menjawab pertanyaan gelombang masuk pesawat tempur Cina di langit Taiwan pekan lalu. Pada Kamis (17/6) pekan lalu 28 delapan pesawat Angkatan Udara China termasuk pesawat tempur dan bomber pembawa nuklir masuk ke zona identifikasi udara (ADIZ) Taiwan.
Ini rekor terbanyak pesawat China masuk ke pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu. Insiden tersebut terjadi tidak lama setelah pemimpin-pemimpin negara Group of Seven (G7) merilis pernyataan bersama menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di seluruh Selat Taiwan.
China mengecam pernyataan tersebut sebagai 'fitnah'. Ditanya tentang jumlah pesawat China yang masuk ke Taiwan pekan lalu juru bicara Departemen Pertahanan China Ren Guiqiang mengatakan latihan militer itu aksi yang diperlukan. "Untuk situasi keamanan di seluruh Selat Taiwan saat ini dan menjaga kedaulatan nasional," katanya, Kamis (24/6).
Kemerdekaan berarti perang
Ia menegaskan, kemerdekaan Taiwan artinya perang. Ren Guiqiang mengulang pernyataan keras yang digunakan Departemen Pertahanan China sejak bulan Januari. "Amerika Serikat sepenuhnya mengerti perkembangan dan pertumbuhan China tidak dapat dihentikan dengan kekuataan apa pun," kata Ren.
"Partai Demokratik Progresif yang berkuasa harus sadar masa depan Taiwan tergantung pada reunifikasi nasional, setiap upaya untuk 'mengandalkan Amerika Serikat untuk kemerdekaan' pasti akan gagal," tambahnya.
China yakin pemerintah Taiwan yang dipilih secara demokratis mendorong pulau itu mendeklarasikan kemerdekaan resmi. Walaupun Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berulang kali mengatakan pulau itu sudah negara merdeka yang bernama Republik China.
Sebagian besar rakyat Taiwan tidak tertarik dikuasai oleh China. Amerika Serikat adalah pemasokan senjata terbesar dan pendukung terkuat Taiwan di panggung internasional. Namun, AS tidak memiliki hubungan diplomasi resmi untuk menghindari kemarahan China.
Selama satu tahun terakhir Taiwan mengeluh pesawat tempur China berulang kali melanggar wilayah udara mereka.