REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kelompok masyarakat sipil melaporkan pasukan junta menewaskan 880 orang sejak kudeta militer di Myanmar.
Berdasarkan data Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP), Jumat dini hari (25/6), korban bertambah tiga orang yang tewas pada Rabu dan didokumentasikan Kamis kemarin. AAPP mencatat 5.104 orang masih berada dalam tahanan hingga 24 Juni, dengan 217 orang di antaranya dijatuhi hukuman.
Pasukan junta, kata AAPP, menembak warga bernama Salai Ngun Nei Piang hingga tewas di Kotapraja Kale, Sagaing, Rabu malam. Di hari yang sama, pasukan junta menembak warga bernama Aung Min Thu di bagian kepala hingga tewas ketika korban dalam perjalanan pulang ke rumah dengan mengendarai sepeda motor di Kotapraja Hsipaw, Negara Bagian Stan Selatan.
Berdasarkan laporan AAPP, penangkapan terhadap warga sipil juga masih terus terjadi di bawah rezim kudeta Myanmar. AAPP mengungkapkan tiga pelajar yakni Thang Biek Lien (17), Mang Kim Khuol (16), Thang Gin Hang (14), dan paman mereka, Suon Lam Khai, ditangkap tanpa alasan di Kotapraja Kale, Sagaing, Kamis pagi.
Pada 21 Juni, enam anggota keluarga, termasuk pensiunan guru Tin Myint Soe, ditangkap di kawasan Sagaing, dengan tuduhan mendukung Angkatan Pertahanan Rakyat (PDF). Adapun PDF dibentuk pemerintah pro-demokrasi untuk melawan rezim kudeta.
Keesokan harinya, 22 Juni, anak berusia empat tahun yang merupakan anggota keluarga Tin Myint Soe dibebaskan. Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.