REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah mengatakan, tidak ada entitas Israel di tanah Palestina karena mereka semua adalah penjajah. Menurutnya keberadaan entitas Israel di Palestina bergantung pada dukungan Amerika Serikat (AS).
"Tidak ada entitas Israel, mereka semua adalah penjajah dan pemukim," kata Nasrallah dilansir Jerusalem Post, Selasa (6/7).
Nasrallah tidak merinci apakah orang Arab-Israel juga dianggap sebagai penjajah dan pemukim. Dengan meningkatnya ketegangan antara AS dan milisi pro-Iran di Suriah dan Irak, Nasrallah menekankan bahwa Hizbullah sedang menghadapi hegemoni Amerika di Irak dan Suriah.
Nasrallah menambahkan bahwa, konflik dengan Israel dan AS tidak dapat dipisahkan. Karena keberadaan Israel bergantung pada dukungan Amerika.
"Setiap pembantaian yang dilakukan oleh musuh adalah pembantaian Amerika, dan setiap agresi musuh adalah agresi Amerika," ujar Nasrallah.
Dalam pidatonya, Nasrallah juga mengeklaim bahwa orang Israel lebih percaya dengan media Palestina dan pro-Iran, ketimbang pemimpin dan media mereka sendiri. Nasrallah pun menegaskan bahwa semua orang mengakui kemenangan Palestina selama pertempuran. Namun beberapa media di Teluk menyangkalnya.
"Sementara musuh gagal meraih kemenangan, media Arab datang untuk membuat kemenangan imajiner baginya," kata Nasrallah.
Merujuk pada isu Palestina, Nasrallah menyatakan bahwa kelompok militan Palestina berjanji untuk membebaskan tahanan. Meski sampai saat ini kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel belum tercapai.
“Ketika di poros perlawanan kita berbicara tentang pembebasan Palestina, kita tidak berbicara tentang mimpi atau fantasi. Pertempuran Pedang Yerusalem (nama yang diberikan Palestina untuk Operasi Penjaga Tembok) telah membuat Yerusalem lebih dekat dari sebelumnya," kata Nasrallah.
"Kami tidak melebih-lebihkan tujuan kami, dan ini adalah salah satu elemen terpenting dari kekuatan perlawanan," ujarnya.
Nasrallah mengulangi janji poros perlawanan untuk mempertahankan Yerusalem. Ia memperingatkan bahwa setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Israel akan mengakibatkan perang regional. "Kami tahu kekuatan musuh, mengenali mereka, dan mencari cara untuk menghadapi dan melemahkan mereka," kata Nasrallah.