REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kelompok masyarakat sipil mencatat jumlah korban tewas selama kudeta militer di Myanmar hampir mencapai 900 orang. Dalam laporannya pada Jumat dini hari, Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan tambahan satu korban asal Negara Bagian Kachin yang tewas pada Rabu dan didokumentasikan Kamis.
“Per 8 Juli, 898 orang dikonfirmasi terbunuh oleh kudeta junta,” kata AAPP dalam keterangannya.
AAPP mengungkapkan pasukan junta melepaskan tembakan ke arah sebuah mobil yang tidak berhenti di Kotapraja Waimaw, Negara Bagian Kachin, pada 7 Juli. Akibatnya, warga bernama Mee tewas tertembak ketika dia sedang berjualan buah saat kejadian.
Hingga 8 Juli, data AAPP menunjukkan 5.127 orang masih ditahan, sebanyak 247 di antaranya dijatuhi hukuman. Pasukan junta, kata AAPP, menangkap ayah dan adik laki-laki dari anggota parlemen daerah di Yangon, Khin Marlar Maung Maung, pada 6 Juli.
Di hari yang sama, pasukan junta menangkap ayah dari Aung Khant Hphone, seorang anggota serikat mahasiswa Kotapraja Hlegu, Yangon. Menurut AAPP, penangkapan itu dilakukan karena pasukan junta tidak dapat menemukan Aung Khant Hphone di rumahnya.
Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.