REPUBLIKA.CO.ID, ANTANANARIVO -- Menteri Keamanan Masyarakat Madagaskar mengatakan seorang warga Prancis termasuk dari enam orang yang diduga terlibat dalam rencana pembunuhan presiden. Pemerintah negara di Samudra Hindia itu mengatakan keamanan presiden sudah diperketat.
"Satu orang yang ditangkap adalah warga Prancis, dua lainnya dwi kewarganegaraan, Madagaskar dan Prancis, tidak orang lainnya orang Madagaskar," kata Rodellys Fanomezantsoa Randrianarison dalam konferensi pers Jumat (23/7).
Jaksa Agung Madagaskar mengatakan polisi telah menangkap enam orang dalam penyelidikan yang memakan waktu enam bulan. Penasihat Presiden Andry Rajoelina yakni Patrick Rajoelina mengatakan dua dari enam orang yang ditangkap pernah bekerja untuk militer Prancis.
Kementerian Luar Negeri Prancis telah diberitahu mengenai penangkapan seorang warga Prancis. Mereka dapat bantuan konsuler bila mereka meminta. Juru bicara militer Prancis tidak menjawab permintaan komentar.
Patrick Rajoelina mengatakan sudah ada langkah-langkah yang diambil untuk memperketat pengamanan presiden. "Buktinya jelas dan kami tidak menganggap ini enteng," katanya.
Madagaskar memiliki sejarah kekerasan politik dan instabilitas. Andry Rajoelina naik menjadi presiden pada 2019 setelah menjalani pemilihan yang sulit dan digugat lawannya ke pengadilan konstitusi.
Rajoelina pertama kali naik ke kursi kekuasaan di negara miskin bekas jajahan Prancis pada kudeta Maret 2009. Ia menggulingkan Marc Ravalomanana. Ia berkuasa selama pemerintahan transisi selama 2014. Pada pemilihan 2019, Ravalomanana menantang Rajoelina dan kalah lalu mengatakan pemilu telah dicurangi.