REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mendesak kelompok pemberontak Houthi Yaman kembali ke negosiasi guna mengakhiri konflik di negara tersebut. Washington pun mengecam serangan yang masih dilancarkan Houthi ke Arab Saudi.
“Saatnya kembali ke negosiasi dan mengakhiri konflik,” kata Departemen Luar Negeri (Deplu) AS dalam sebuah pernyataan pada Senin (26/7), dikutip laman Al Arabiya.
AS mengutuk serangan pesawat nirawak (drone) dan rudal balistik Houthi ke Saudi yang dilakukan pada momen perayaan Idul Adha. “Houthi harus menghentikan tindakan destabilisasi mereka dan berkomitmen untuk segera melakukan gencatan senjata komprehensif guna membantu mengakhiri perang Yaman,” kata Deplu AS.
Penyelesaian konflik Yaman merupakan salah satu prioritas kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden AS Joe Biden. Dia telah menunjuk Tim Lenderking sebagai utusan khusus untuk Yaman. Upaya diplomatik tersebut diharapkan akan membantu mengakhiri perang Yaman.
Namun hingga kini Houthi masih terus melancarkan serangan drone dan rudal bermuatan ke sasaran sipil di Saudi. Selama akhir pekan lalu, pertahanan udara Saudi mencegat empat drone dan satu rudal balistik Houthi yang menargetkan wilayah selatan negara tersebut.
Sejak Maret 2015, Saudi telah melakukan intervensi militer di Yaman. Mereka berupaya menumpas Houthi dan mengembalikan pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan. Saudi memandang Houthi sebagai ancaman karena didukung Iran.
Sejak saat itu, Saudi gencar melancarkan serangan udara ke Yaman. Peperangan telah menyebabkan banyak sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya hancur. Konflik memicu jutaan warga kelaparan. Akses ke fasilitas atau layanan kesehatan semakin sulit.
PBB telah menyatakan krisis di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Hingga kini belum ada tanda-tanda konflik Yaman bakal berakhir.