REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Delegasi pemimpin senior Afghanistan pada Senin (16/8) bertemu dengan Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi di Islamabad untuk membahas situasi yang berkembang di Afghanistan, termasuk transfer kekuasaan dan pembentukan pemerintahan inklusif.
Delegasi yang dipimpin oleh mantan Menteri Dalam Negeri Younus Qanooni sedang melakukan kunjungan empat hari ke pengadilan Islamabad di Pakistan untuk menggunakan pengaruhnya atas Taliban demi solusi politik yang inklusif, menyusul jatuhnya ibu kota Kabul ke tangan milisi Taliban tanpa perlawanan.
Delegasi yang berkunjung terdiri dari para pemimpin Afghanistan lainnya, terutama dari komunitas Tajik, Uzbekistan, dan Hazara, termasuk Ketua Parlemen Wolesi Jirga Mir Rehman Rehamni, mantan Menteri Luar Negeri Salauddin Rabbani, dan mantan Wakil Presiden Mohammad Karim Khalili, juga pemimpin Partai Hezb-e Wahdat yang mewakili komunitas Syiah.
Selama pertemuan itu, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan, kedua belah pihak sepakat bahwa penyelesaian politik yang dinegosiasikan adalah satu-satunya jalan ke depan, menyusul berakhirnya "pengaruh Barat selama 20 tahun yang bertujuan untuk membentuk kembali Afghanistan."
Berbagi perspektif Pakistan, Qureshi mengatakan Islamabad menganggap semua segmen masyarakat Afghanistan penting dalam nasib akhir Afghanistan. Dia menyatakan harapan bahwa para pemimpin Afghanistan akan mengambil keuntungan dari dukungan internasional untuk perdamaian dan rekonsiliasi dan bekerja sama untuk menangani situasi yang berkembang di Afghanistan sesuai dengan aspirasi rakyat."
Baca juga : Baradar Pulang ke Afghanistan, Jadi Presiden?
Dia menggarisbawahi bahwa kawasan itu tidak mampu menanggung ketidakstabilan yang berkelanjutan di Afghanistan, yang akan berdampak buruk pada target kawasan yang damai dan terhubung.
Menekankan perdamaian dan stabilitas abadi di Afghanistan adalah kepentingan Pakistan, menlu negara itu menegaskan kembali bahwa Islamabad akan terus memainkan peran "konstruktif" untuk mendukung Afghanistan yang damai, bersatu, dan makmur.
Menghargai undangan untuk konsultasi tentang situasi terbaru di Afghanistan, Pakistan mencatat bahwa delegasi Afghanistan mengakui peran "fasilitatif" Pakistan dalam proses rekonsiliasi.
Delegasi tersebut menggarisbawahi sifat multi-etnis masyarakat Afghanistan dan pentingnya solusi politik yang inklusif, delegasi itu menekankan komitmennya untuk menjalin hubungan jangka panjang antara Pakistan dan Afghanistan dan memperluas hubungan persaudaraan di semua bidang.
Sementara itu, dalam serangkaian cuitan beberapa menit setelah pertemuan itu Qureshi mengatakan posisi negaranya "sangat jelas" pada situasi yang sedang berlangsung di Afghanistan.
“Pertemuan hari ini dengan delegasi politik para pemimpin Afghanistan yang dipimpin oleh Muhammad Younas Qanooni, yang semuanya memiliki kepentingan vital di masa depan negara, berlangsung pada saat yang sangat kritis. Tujuan akhir kami adalah perdamaian, persatuan, demokrasi, stabil dan sejahtera di Afganistan,” tukas dia.
"Kami percaya bahwa penyelesaian politik yang dinegosiasikan adalah satu-satunya jalan ke depan. Kami tidak ingin melihat siklus perang saudara yang berkelanjutan dan ingin rakyat Afghanistan berkembang, tidak hanya bertahan hidup," kata dia.
Baca juga : Taliban tak Menyangka bisa Kuasai Afghanistan dengan Cepat
Dia mengatakan masyarakat internasional harus tetap terlibat negosiasi soal Afghanistan.
Pengaruh Islamabad atas Taliban dipandang penting untuk menengahi milisi yang bertikai.
Pada Desember 2018, Pakistan mengatur pembicaraan langsung yang jarang terjadi antara Washington dan Taliban, yang mengarah pada kesepakatan damai Doha pada Februari 2020, dan kemudian penarikan pasukan asing dari tanah Afghanistan.
Islamabad juga memfasilitasi perundingan langsung putaran pertama antara pemerintah Afghanistan dan Taliban di Pakistan pada Juli 2015.