REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa belum mengakui Taliban. Hal ini diungkapkan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen pada Sabtu (21/8).
Uni Eropa juga tidak mengadakan pembicaraan politik dengan Taliban, seminggu setelah mereka menguasai Afghanistan. Kepala eksekutif EU berbicara setelah mengunjungi pusat penerimaan di Madrid untuk karyawan Afghanistan dari lembaga EU yang dievakuasi dari Kabul.
Von der Leyen mengatakan dia akan mengusulkan peningkatan 57 juta euro (Rp960 miliar) dalam bantuan kemanusiaan yang telah dialokasikan Komisi tahun ini untuk Afghanistan. Bantuan pembangunan Uni Eropa terkait dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia, perlakuan yang baik terhadap minoritas dan penghormatan terhadap hak-hak perempuan dan anak perempuan.
"Kami mungkin mendengar kata-kata Taliban tetapi kami akan mengukur mereka di atas segalanya dengan perbuatan dan tindakan mereka," kata von der Leyen pada konferensi pers.
Dia mengatakan Komisi siap menyediakan dana untuk negara-negara Uni Eropa yang membantu memukimkan kembali pengungsi. Dia berencana untuk mengangkat masalah pemukiman kembali pada pertemuan G7 minggu depan.
EU telah memangkas jumlah kedatangan para pengungsi berkat kesepakatan dengan Turki yang menerima dana EU untuk menampung pencari suaka di wilayahnya. Pada 2015, lebih dari satu juta migran datang ke EU, sebagian besar dari Suriah, Afghanistan, dan Irak.