REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Varian delta virus corona saat ini mencakup lebih dari 90 persen kasus infeksi baru di Turki. Hal itu dikatakan menteri kesehatan negara itu Fahrettin Koca pada Jumat (20/8).
Dalam konferensi pers, Koca mengungkapkan bahwa masyarakat kurang mematuhi protokol kesehatan tindakan pencegahan infeksi, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah kasus baru. Koca menekankan bahwa penularan varian delta plus juga meningkat, meski tidak pada tingkat yang terlalu tinggi, dan dia mencatat indikasi ini berarti bahwa pergantian varian ini menunjukkan peningkatan intensitas penularan.
Turki di antara tiga negara teratas berikan vaksin
Turki berada di antara tiga negara teratas dunia dalam memberikan vaksin per-jumlah populasi selama sebulan terakhir, kata Koca.
"Kemarin, kami bahkan melampaui AS dalam jumlah orang di atas usia 18 tahun yang divaksinasi setidaknya dengan satu dosis," tutur dia.
Mengenai vaksin, Koca mengatakan vaksin Sputnik V Rusia belum mulai bisa diberikan di Turki karena suntikan dosis kedua, yang berbeda dari dosis pertama. Dia menambahkan bahwa temuan toksikologi awal tidak menunjukkan masalah dengan dosis Sputnik V pertama. Turki telah memberikan lebih dari 88 juta dosis vaksin Covid-19 sejak meluncurkan program vaksinasi massal pada Januari.
Menurut Kementerian Kesehatan, lebih dari 45,6 juta orang telah menerima dosis pertama dan lebih dari 34,7 juta sekarang telah divaksinasi lengkap. Turki juga telah memberikan dosis ketiga kepada lebih dari 7,5 juta orang.