REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bersumpah akan membalas serangan bom bunuh diri di Kabul, pada Kamis (26/8). Serangan menewaskan 17 tentara AS, dan setidaknya 60 warga Afghanistan.
Biden menyatakan akan memburu mereka yang bertanggung jawab dan membuat membayar atas perbuatannya.
Dalam sebuah pidato di Gedung Putih, Biden mengkonfirmasi bahwa pengeboman itu dilakukan oleh Islamic State of Khorasan Province (ISKP) atau biasa disebut ISIS-Khorasan (ISIS-K), yaitu kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Afghanistan.
"Kepada mereka yang melakukan serangan ini, serta siapa pun yang ingin membahayakan Amerika, ketahuilah bahwa kami tidak akan memaafkan, kami tidak akan lupa. Kami akan memburu Anda," kata Biden, dilansir Aljazirah, Jumat (27/8).
Biden mengatakan, AS akan melanjutkan evakuasi warga Amerika dan sekutu AS meskipun ada serangan. Biden menegaskan bahwa pemerintah akan melindungi warga AS dan sekutu dalam proses evakuasi. “(Proses evakuasi) kami tidak akan terhalang oleh teroris, kami tidak akan membiarkan mereka menghentikan misi kami. Evakuasi akan terus kami lakukan,” ujar Biden.
Baca juga : Harapan Jamaah Indonesia ke Tanah Suci
Biden telah menunda sejumlah pertemuan pada Kamis, setelah terjadi insiden serangan bom di Kabul. Termasuk menunda pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, untuk fokus pada situasi di Afghanistan.
Komandan Komando Pusat AS, Kenneth McKenzie, mengkonfirmasi bahwa proses evakuasi idak akan berhenti setelah serangan itu. "Misi kami adalah untuk mengevakuasi warga AS, warga negara ketiga, pemegang Visa Imigran Khusus, staf kedutaan AS, dan warga Afghanistan yang berisiko. Meskipun ada serangan, kami melanjutkan misi," kata McKenzie.
McKenzie mengatakan, pasukan AS sedang berkoordinasi dengan Taliban untuk mengatasi ancaman serangan ISIS-K. Sebelumnya Biden telah mendapatkan informasi tentang ancaman dari kelompok ISIS-K. Biden juga telah mengetahui rencana darurat untuk evakuasi.
"ISIS-K adalah musuh bebuyutan Taliban, dan mereka memiliki sejarah pertempuran satu sama lain.Tetapi setiap hari kami memiliki pasukan di lapangan. Pasukan ini dan warga sipil tak berdosa di bandara, menghadapi risiko serangan dari ISIS-K," ujar Biden.