Sebelumnya pada Kamis (26/8), serangan bom bunuh diri di gerbang bandara menewaskan sedikitnya 169 warga Afghanistan dan 13 anggota militer AS. Kelompok ISIS-K dikenal lebih radikal dan ekstrem daripada Taliban. Kedua kelompok tersebut telah saling berperang sebelumnya. Taliban mengatakan mereka tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan lagi sebagai basis serangan teror.
AS dan sekutunya menginvasi Afghanistan setelah serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat. Serangan itu didalangi oleh Alqaeda yang berlindung di bawah kekuasaan Taliban. Invasi AS dan sekutunya berhasil menjatuhkan kekuasaan Taliban dalam hitungan pekan dan membubarkan Alqaeda, termasuk membunuh pemimpin Alqaeda, Osama bin Laden.
AS dan sekutunya meluncurkan upaya ambisius untuk membangun kembali Afghanistan setelah perang. AS menginvestasikan miliaran dolar dan membentuk pemerintahan gaya Barat dan pasukan keamanan di Afghanistan.
Selain itu, AS juga memberikan hak-hak perempuan untuk mengakses pendidikan, pekerjaan, dan mengambil peran penting dalam kehidupan publik. Sebelumnya di bawah kekuasaan Taliban pada 1996 hingga 2001, perempuan dilarang sekolah dan bekerja. Mereka harus ditemani mahram dan mengenakan burqa jika ingin keluar rumah.
Taliban telah berusaha untuk memproyeksikan citra yang lebih moderat sejak mengambil alih Kabul. Taliban berkomitmen akan mengizinkan perempuan untuk bersekolah dan bekerja. Namun banyak warga Afghanistan yang skeptis terhadap janji-janji Taliban.
Baca juga : Penembak Jitu Israel Tewas dalam Bentrokan dengan Warga Gaza