Jumat 03 Sep 2021 00:30 WIB

Korea Utara Tolak Jutaan Dosis Vaksin Sinovac

Korea Utara menolak hampir tiga juta dosis vaksin Sinovac.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Korea Utara menolak hampir tiga juta dosis vaksin Sinovac.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Korea Utara menolak hampir tiga juta dosis vaksin Sinovac.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korea Utara menolak hampir tiga juta dosis vaksin Sinovac. Korea Utara mengimbau agar seluruh vaksin tersebut diberikan kepada negara lain yang lebih membutuhkan.

Juru Bicara UNICEF mengungkapkan bahwa ada 2,97 juta dosis vaksin Sinovac yang ditawarkan oleh COVAX kepada Republik Rakyat Demokratik Korea atau Korea Utara. Akan tetapi, Korea Utara secara resmi telah meminta agar seluruh dosis tersebut dialokasikan ke negara-negara lain yang terkena dampak berat akibat Covid-19.

Baca Juga

"Mengingat terbatasnya pasokan global vaksin Covid-19 dan lonjakan berulang di beberapa negara," sambung Juru Bicara UNICEF, seperti dilansir Insider, Kamis (2/9).

Selain itu, Institute for National Security Strategy (INSS) juga mengungkapkan bahwa Korea Utara cenderung skeptis terhadap efikasi vaksin Sinovac. Mereka menilai Korea Utara lebih memilih vaksin Covid-19 buatan Rusia Sputnik, akan tetapi mereka ingin vaksin tersebut diberikan secara gratis.

Ini bukan kali pertama Korea Utara menolak pasokan vaksin Covid-19 yang diberikan kepada mereka. Sebelumnya, COVAX telah berencana mengirimkan hampir dua juta dosis vaksin AstraZeneca kepada Korea Utara . Akan tetapi per Juli lalu, Korea Utara menolak vaksin AstraZeneca karena khawatir mengenai potensi efek samping yang langka berupa pembekuan darah.

Baca juga :Taliban Klaim Ambil Alih Pos Strategis di Panjshir

Saat ini Korea Utara dilaporkan tak memiliki kasus Covid-19 aktif. Di sisi lain, beberapa ahli meragukan akurasi angka tersebut.

Per Juni lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dilaporkan sempat mengecam pejabat-pejabat Korea Utara. Sang pemimpin menilai para pejabat tampak tidak bertanggung jawab dan tidak mampu menangani pandemi. Hal tersebut dinilai menyiratkan bahwa Covid-19 mungkin sudah mencapai negara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement