REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Kelompok masyarakat sipil mengungkapkan total terdapat 1.054 korban tewas sejak kudeta militer di Myanmar yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh bulan.
Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) mencatat tambahan tiga korban tewas asal Sagaing dan Negara Bagian Kayah. AAPP melaporkan pasukan junta menangkap warga bernama Win Aung dan Shine Wunna Aung di Kotapraja Kalay, Sagaing, pada 7 September, serta memaksa keduanya untuk bertindak sebagai pemandu.
Keesokan harinya, 8 September, jenazah kedua korban ditemukan penduduk setempat yang kembali ke desa mereka setelah mendengar pasukan junta telah pergi.
“Menurut seorang penduduk desa setempat, ada luka-luka di tubuh mereka yang konsisten dengan penyiksaan,” ungkap AAPP dalam keterangannya, Rabu malam (8/9).
AAPP sekaligus melaporkan kantor polisi Dimawso, Negara Bagian Kayah, menembakkan peluru artileri pada 7 September dan membuat warga melarikan diri dalam ketakutan. Akibatnya, kecelakaan mobil dan motor terjadi yang menewaskan seorang anak perempuan berusia 8 tahun, Jar Zin Tar.
Data AAPP menunjukkan 6.324 orang masih ditahan hingga 8 September dengan 265 orang dijatuhi hukuman secara langsung. Myanmar diguncang kudeta sejak 1 Februari di mana militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.