REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan Amerika Serikat (AS), China, Rusia, dan Pakistan bekerja sama untuk memastikan bahwa Taliban, penguasa baru Afghanistan menepati janji, Sabtu (25/9). Fokus utama mereka untuk membentuk pemerintahan yang benar-benar representatif dan mencegah penyebaran ekstremisme di Afghanistan.
Lavrov menyatakan, perwakilan dari Rusia, China, dan Pakistan telah melakukan perjalanan ke ibukota Qatar, Doha dan kemudian ke ibukota Afghanistan, Kabul. Perjalanan itu untuk terlibat dengan Taliban dan perwakilan dari otoritas sekuler, seperti mantan presiden Hamid Karzai dan Abdullah Abdullah, yang memimpin kelompok yang digulingkan untuk negosiasi pemerintah dengan Taliban.
Menurut Lavrov, pemerintah sementara yang diumumkan oleh Taliban tidak mencerminkan seluruh masyarakat Afghanistan, dengan kekuatan etnis-agama dan politik. "Jadi kami terlibat dalam kontak, mereka sedang berlangsung," ujarnya.
Taliban telah menjanjikan pemerintah yang inklusif, bentuk pemerintahan Islam yang lebih moderat daripada ketika terakhir memerintah negara itu dari 1996 - 2001 termasuk hak-hak perempuan. Namun, langkah-langkah baru-baru ini justru menunjukkan bahwa mereka mungkin kembali ke kebijakan yang lebih represif, terutama terhadap perempuan dan anak perempuan.
"Yang paling penting ... adalah memastikan bahwa janji-janji yang telah mereka nyatakan di depan umum ditepati. Dan bagi kami, itu adalah prioritas utama," kata Lavrov.