Kamis 30 Sep 2021 14:50 WIB

Pejabat Pertahanan AS-China Gelar Pembicaraan Mendalam

Pejabat militer AS dan China akan berbicara secara terbuka dan jujur.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Hubungan AS dan China (ilustrasi).
Foto: AP / Andy Wong
Hubungan AS dan China (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan pejabat militer AS dan China menggelar pembicaraan 'mendalam dan jujur' mengenai berbagai isu pertahanan pekan ini. Pembicaraan digelar saat hubungan kedua belah pihak menegang karena pembentukan aliansi Indo-Pasifik.

Pentagon mengatakan pada Selasa (29/9) dan Rabu (30/9), Deputi Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Urusan China Michael Chase menggelar pembicaraan melalui konferensi video dengan Mayor Jenderal Angkatan Bersenjata China Huang Xueping.

Baca Juga

"Selama pembicaraan, kedua belah pihak melakukan diskusi terbuka, jujur dan mendalam mengenai berbagai isu yang berdampak pada hubungan pertahanan AS-RRC (Republik Rakyat Cina)," kata Pentagon dalam pernyataannya, Kamis (30/9).

"Kedua belah pihak menegaskan kembali konsensus untuk menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka," tambah Departemen Pertahanan AS.

Pembicaraan ini digelar dua pekan setelah AS, Inggris dan Australia mengumumkan pakta pertahanan yang dinamakan AUKUS. Beijing mengecam kemitraan yang menyediakan Australia teknologi untuk membangun kapal selam tenaga nuklir.

AS, Inggris dan Australia memandang kemitraan itu penting untuk merespons hegemoni China di Asia Tenggara terutama di Laut China Selatan. Namun sebagian besar negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia juga mengecamnya.

"Pihak AS menegaskan komitmen kami dalam menegakan prinsip bersama dengan sekutu-sekutu dan mitra-mitra kami di wilayah Indo-Pasifik," kata Pentagon mengenai pembicaraan dengan Cina.

Pembicaraan itu putaran ke-16 pembicaraan yang dikenal Koordinasi Kebijakan Pertahanan AS-RRC. Putaran terakhir digelar oleh pemerintahan mantan Presiden Donald Trump pada 14 Januari 2020 lalu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement