Ivermectin dapat digunakan manusia antara lain untuk mengobati kecacingan, kutu kepala, dan rosacea. Laporan tersebut menemukan adanya penurunan 14 persen dalam diagnosis untuk kondisi penggunaan obat yang disetujui.
Between 2019-2021, the 5 specialties w/ the largest increase of #ivermectin Rx were:
Anesthesiology: ⬆️ 1,319%
Physical medicine & rehabilitation: ⬆️ 1,301%
Pulmonary disease: ⬆️ 1,167%
Alternative care: ⬆️ 879%
Cardiology: ⬆️ 741%
Explore more: https://t.co/M6yOKdY0sY pic.twitter.com/vwu0fw2kKN
— Komodo Health (@KomodoHealth) September 30, 2021
Penulis juga menuliskan penurunan resep Ivermectin yang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan layanan kesehatan yang lebih sedikit secara umum pada 2020. Tetapi, ini bisa juga menunjukkan penggunaan di luar label di tengah pandemi.
"Ini menunjukkan tren penyimpangan dari perawatan berbasis bukti (evidence-based care). Penyedia menulis resep yang bertentangan dengan pedoman CDC, FDA, dan lembaga kesehatan lainnya selama krisis kesehatan masyarakat dapat menunjukkan masyarakat menunjukkan masalah sistemik yang membutuhkan riset lebih lanjut," tulis penulis analis Komodo Health, seperti dikutip dari laman Fox News, Kamis (30/9).
Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan karena tidak memperhitungkan pasien yang tidak diasuransikan dan melewatkan resep total. Artinya, resep Ivermectin dibayar sendiri.
Analisis juga berpusat pada Ivermectin yang bersumber dari penyedia, bukan Ivermectin yang dijual bebas yang ditujukan untuk hewan atau Ivermectin yang diresepkan oleh dokter hewan. CDC mengatakan formula tersebut terkonsentrasi tinggi dan bisa menyebabkan overdosis pada manusia.
"Orang-orang yang menggunakan Ivermectin dosis tinggi di atas dosis rekomendasi FDA dapat mengalami efek toksik," ungkap CDC.
Salah satu efek yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah. Ada pula efek yang bersifat lebih neurologis, seperti halusinasi, kejang, koma, dan kematian.