REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) mengkritik keras aksi militer China di dekat Taiwan. Washington menilai selain berisiko salah perhitungan, hal itu juga dapat merusak perdamaian dan stabilitas regional.
Pernyataan AS muncul setelah sepanjang akhir pekan lalu China mengerahkan puluhan pesawat tempurnya ke perairan selatan Taiwan. “Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik, dan ekonominya terhadap Taiwan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, Senin (4/10).
Dia menekankan AS akan terus menyokong kemampuan pertahanan diri Taiwan secara memadai. Washington diketahui merupakan pemasok utama persenjataan ke Taipei. Pada Jumat (1/10) lalu China menerbangkan 38 pesawat tempur di atas perairan selatan Taiwan.
Sehari kemudian, Beijing mengerahkan 39 pesawat tempurnya ke wilayah yang sama. Itu merupakan jumlah pesawat terbanyak yang pernah dikerahkan sejak Taiwan mulai melaporkan adanya pesawat pesawat militer China memasuki wilayah udaranya. Kemudian pada Ahad (3/10) lalu, militer China menerbangkan 16 pesawat tempurnya mendekati wilayah Taiwan.
China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taipei menolak klaim itu dan menyebut bahwa mereka merupakan negara merdeka.
Beijing telah berulang kali mengancam akan mengambil kendali Taiwan melalui intervensi militer. Meski terancam, Taiwan tetap berpegang teguh pada pendiriannya dan siap menghadapi ancaman agresi Negeri Tirai Bambu.
China dan Taiwan berpisah pada 1949 selama perang saudara. Kala itu kaum komunis menguasai daratan China. Sementara kelompok nasionalis hengkang dan mendirikan pemerintahan di Taiwan, sebuah pulau yang terletak sekitar 160 kilometer di lepas pantai timur China daratan.