REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI – Sepuluh mantan dan perwira aktif militer Taiwan didakwa menjadi mata-mata Cina. Mereka termasuk dua perwira yang menyatakan bersedia menyerah kepada militer Cina.
Kantor Kejaksaan Tinggi Taiwan mengungkapkan, tiga dari terdakwa dituduh merekrut prajurit aktif untuk menghimpun informasi militer guna mengembangkan jaringan untuk Cina. Sementara itu, empat perwira yang didakwa disebut menyerahkan beberapa barang rahasia kepada Beijing dengan imbalan uang.
Selain itu, terdapat dua perwira yang didakwa karena diduga merekam video perang psikologis untuk Beijing dengan menyatakan “Saya bersedia menyerah kepada Tentara Pembebasan Rakyat”. “Tentara aktif yang berjanji setia kepada Partai Komunis Cina adalah tindakan yang sangat kejam,” kata kantor Kejaksaan Tinggi Taiwan, Senin (27/11/2023).
Sementara, terdakwa terakhir dituduh mencuri rahasia militer dari brankas tempat kerjanya. “Semua terdakwa pernah atau sedang menjadi prajurit, tapi mereka mengkhianati negara dan rakyatnya hanya karena kepentingan pribadi, sehingga membahayakan keamanan secara serius,” ujar Kantor Kejaksaan Tinggi Taiwan.
“Kami meminta pengadilan untuk menjatuhkan hukuman yang lebih berat sebagai peringatan,” kata Kantor Kejaksaan Tinggi Taiwan.
Bulan lalu, pengadilan Taiwan menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara kepada seorang pensiunan kolonel angkatan udara. Dia terbukti menjadi mata-mata Cina dan menyerahkan informasi rahasia keamanan nasional kepada Beijing. Sementara itu pada Agustus lalu, pasangan ayah-anak didakwa merekrut dua tentara yang diduga membantu mereka mengumpulkan informasi bagi Cina terkait latihan militer “Han Kuang” yang terbesar di Taiwan.
Cina diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun, Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik Cina. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang memicu konfrontasi.