Kamis 07 Oct 2021 21:37 WIB

Vaksin Malaria, Secercah Harapan untuk Afrika

Benua Afrika menghadapi 400 ribu kematian per tahun akibat malaria

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi vaksin malaria. Benua Afrika menghadapi 400 ribu kematian per tahun akibat malaria.
Foto:

Kepala kelompok vaksin WHO yang membuat rekomendasi, dr. Alejandro Cravioto, mengatakan merancang vaksinasi terhadap malaria sangat sulit karena merupakan penyakit parasit yang disebarkan oleh nyamuk. "Kami dihadapkan dengan organisme yang luar biasa kompleks. Kami belum mencapai vaksin yang sangat manjur, tetapi yang kami miliki sekarang adalah vaksin yang dapat digunakan dan itu aman," katanya.

Direktur Pendukung Malaria Center di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Sian Clarke, mengatakan vaksin itu akan menjadi tambahan yang berguna untuk alat lain melawan penyakit. Benda bantu seperti kelambu dan disinfektan mungkin telah kehabisan kegunaannya setelah digunakan selama beberapa dekade.

"Di beberapa negara yang sangat panas, anak-anak hanya tidur di luar sehingga mereka tidak dapat dilindungi oleh kelambu. Jadi jelas jika mereka sudah divaksinasi, mereka akan tetap terlindungi," kata Clarke.

Dalam beberapa tahun terakhir, sedikit kemajuan yang signifikan telah dibuat melawan malaria. "Jika kita ingin mengurangi beban penyakit sekarang, kita membutuhkan sesuatu yang lain," ujar Clarke.

Ketua penyakit menular di Imperial College London, Azra Ghani, mengatakan dia dan rekan memperkirakan memberikan vaksin malaria kepada anak-anak di Afrika dapat menghasilkan pengurangan 30 persen secara keseluruhan. Jumlah itu akan menurunkan hingga kurang lebih delapan juta kasus dan sebanyak 40 ribu kematian per tahun.

"Untuk orang yang tidak tinggal di negara malaria, pengurangan 30 persen mungkin tidak terdengar banyak. Akan tetapi bagi masyarakat yang tinggal di daerah itu, malaria menjadi salah satu perhatian utama mereka," kata Ghani.

Menurut Ghani pengurangan 30 persen akan menyelamatkan banyak nyawa dan akan menyelamatkan ibu membawa anak-anak mereka ke pusat kesehatan dan membanjiri sistem kesehatan. Panduan WHO diharapkan akan menjadi langkah pertama untuk membuat vaksin malaria yang lebih baik.

Upaya untuk memproduksi vaksin malaria generasi kedua mungkin didorong oleh teknologi messenger RNA yang digunakan untuk membuat dua vaksin Covid-19 yang paling sukses, yaitu dari Pfizer-BioNTech dan Moderna. "Kami telah melihat tingkat antibodi yang jauh lebih tinggi dari vaksin mRNA dan mereka juga dapat diadaptasi dengan sangat cepat," kata Ghani.

BioNTech baru-baru ini mengatakan akan mulai meneliti kemungkinan vaksin malaria. "Tidak mungkin untuk mengatakan bagaimana hal itu dapat memengaruhi vaksin malaria, tetapi kami jelas membutuhkan opsi baru untuk melawannya," ujar Ghani.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement