REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China dan India tengah terlibat dalam pembicaraan untuk meredakan ketegangan di perbatasan kedua negara yang dipersengketakan. Namun Beijing menyebut New Delhi bersikap tak masuk akal dalam proses tersebut.
Juru bicara mandala Barat Tentara Pembebasan Rakyat China, Kolonel Long Shaohua, mengungkapkan, pada Ahad (10/10), pejabat militer negaranya bertemu dengan petinggi militer India untuk membahas ketegangan di wilayah perbatasan. Long mengatakan, China melakukan upaya besar guna menyelesaikan persoalan tersebut.
“Tapi India masih berpegang pada tuntutan yang tidak masuk akal dan tidak realistis, yang menambah kesulitan dalam negosiasi,” kata Long dalam sebuah pernyataan pada Senin (11/10), dikutip laman BNN Bloomberg.
Menurut keterangan, pertemuan pejabat militer kedua negara dilangsungkan di perbatasan Chushul-Moldo di wilayah Ladakh.
Pada 7 September 2020, pasukan kedua terlibat bentrok di wilayah Ladakh, tepatnya di sekitar Danau Pangong Tso. Terdapat tembakan peringatan yang dilepaskan ke udara. China dan India saling tuding sebagai pihak yang melakukan hal tersebut. Bentrokan serupa juga terjadi pada 29 Agustus.
Pada 15 Juni tahun lalu, tentara India dan China juga terlibat bentrokan di Lembah Galwan, Ladakh. Peristiwa itu mengakibatkan 20 tentara India tewas. Sementara China disebut memiliki 40 korban jiwa, termasuk seorang komandan. Pasca bentrokan tersebut, China dan India melakukan pembicaraan di level diplomatik serta militer. Kedua negara setuju untuk mengambil langkah-langkah yang bertujuan mengurangi ketegangan di perbatasan.
India dan China terikat perbatasan de facto yang dikenal dengan istilah Line of Actual Control (LAC). Medan di sepanjang LAC diketahui berupa sungai, danau, dan tebing bersalju. Hal itu menyebabkan garis pembatas kedua negara samar serta dapat bergeser. Alhasil pasukan patroli perbatasan India dan China kerap bersinggungan dan tak jarang memicu perkelahian atau kontak fisik.