REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pendiri Alibaba Group, Jack Ma, kembali muncul ke publik setelah menghilang pada tahun lalu. Dua orang sumber mengatakan kepada Reuters, Ma saat ini berada di Hong Kong dan telah bertemu rekan bisnis dalam beberapa hari terakhir.
Ma merupakan pengusaha dan miliarder yang dikenal blak-blakan di China. Pekan lalu, dia berada di Hong Kong untuk bertemu beberapa rekan bisnisnya. Sebagian besar bisnis Ma berbasis di Kota Hangzhou, China timur. Ma memiliki satu rumah mewah dan beberapa operasi bisnis di Hong Kong.
Ma menghilang dari hadapan publik sejak menyampaikan pidato yang mengkritik regulator keuangan China pada Oktober tahun lalu di Shanghai. Hal itu memicu serangkaian peristiwa yang mengakibatkan batalnya IPO besar Ant Group miliknya. Sejak saat itu, Ma muncul secara terbatas di China daratan.
Ma yang merupakan mantan guru bahasa Inggris itu menghilang dari pandangan publik selama tiga bulan. Dia kembali muncul ke publik pada Januari. Kemunculan Ma telah meredakan kekhawatiran tentang ketidakhadirannya. Kemunculan Ma membuat saham Alibaba melonjak.
Pada Mei, dia melakukan kunjungan ke kampus Alibaba di Hangzhou. Ma menghadiri acara tahunan Ali Day untuk staf dan keluarganya. Kemudian pada 1 September, beredar foto-foto Ma mengunjungi beberapa rumah kaca pertanian di provinsi Zhejiang timur dan menjadi viral di media sosial China.
Alibaba kemudian mengatakan akan menginvestasikan 100 miliar yuan atau setara dengan 15,5 miliar dolar AS pada 2025 untuk mendukung kemakmuran bersama. Alibaba menjadi raksasa perusahaan terbaru yang menjanjikan dukungan untuk inisiatif pembagian kekayaan yang didorong oleh Presiden China, Xi Jinping.
Alibaba dan perusahaan teknologi lainnya telah menjadi target tindakan keras regulasi yang luas terhadap berbagai masalah, mulai dari perilaku monopolistik hingga hak-hak konsumen. Pada April raksasa e-commerce tersebut dikenakan denda sebesar 2,75 miliar dolar AS, karena pelanggaran monopoli bisnis.
Awal tahun ini, regulator juga memberlakukan restrukturisasi menyeluruh pada Ant Group yang gagal melakukan penawaran umum perdana senilai 37 miliar dolar AS di Hong Kong dan di Pasar STAR. Penawaran tersebut akan menjadi yang terbesar di dunia.
Baca juga : OJK Dorong UMKM Masuk Ekosistem Digital