Rabu 13 Oct 2021 19:24 WIB

100 Negara Janji Lindungi Keanekaragaman Hayati

Kepunahan spesies flora dan fauna dalam kecepatan tertinggi dalam 10 juta tahun.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Yogyakarta bekerjasama dengan Wildlife Rescue Center (WRC) DIY melakukan pelepasliaran ular Sanca Kembang (Malayopython reticulatus) sebanyak 6 (enam) ekor di kawasan Suaka Margasatwa Sermo, Kabupaten Kulon Progo, Jumat (25/6).
Foto:

 

Janji melindungi 30 persen wilayah dapat menjadi tekanan yang terlalu berat bagi Cina. Sekitar 10 ribu cagar alam di negara itu mencakup 18 persen luas wilayahnya.  

 

"Ada akademisi yang mengatakan mereka pikir 24, 25 persen mungkin masih masuk akal, tapi mendapatkan 18 persen sudah tantangan, maka 30 persen mungkin akan sulit," kata pakar biologi konservasi yang menghadiri pertemuan mewakili China Biodiversity Conservation and Green Development Foundation, Alice Hughes.

 

Ia menambahkan target ini juga tidak pantas diterapkan satu untuk semua terutama bagi negara-negara seperti Indonesia dan Brasil. Di mana target 30 pesen akan menambah deforestasi.

 

Sekretaris Eksekutif Konvensi Keanekaragaman Hayati PBB (CBD) Elizabeth Mrema menurunkan pentingnya adopsi target spesifik 30 persen. "Kami harus tetap ingat, kami harus fokus pada hasil keanekaragaman hayati bukan wilayah spasial," katanya.  

 

Terlepas dari sejumlah pertanyaan mengenai target tersebut beberapa aktivis mengeluhkan ketidaksepakatan atas kata-kata di dalam deklarasi justru mengalihkan perhatian para delegasi. Padahal tindakan darurat harus segera diambil.

 

Rancangan pertama deklarasi yang dirilis bulan Agustus lalu memasukan slogan politik yang terkait Presiden Cina Xi Jinping. Hal ini menyebabkan ketegangan dan mendorong kritikus mengatakan Cina tidak berpengalaman dalam menggiring perjanjian internasional sampai ke kesimpulan.

 

Setelah mendapat respon dari 40 negara lebih slogan Xi 'air yang jernih dan pegunungan yang rimbun' dihapus dari teks deklarasi. Tapi konsep 'peradaban ekologis' Cina tetap dipertahankan. Sumber mengatakan banyak pihak yang mengeluh terutama Jepang yang menyatakan Cina mendorong deklarasi ini tanpa diskusi yang memadai.  

 

"Pada dasarnya mereka merasa tidak cukup waktu untuk berkonsultasi mengenai beberapa hal dalam deklarasi," kata Hughes.

 

Di hadapan delegasi Pertemuan Keanekaragaman Hayati PBB, Huang mengatakan Cina mengikuti prosedur yang sama yang diadopsi dalam perjanjian keanekaragaman hayati sebelumnya.

 

Namun Li mengatakan dalam dua tahun kedepan masih harus dilihat apakah Cina memiliki pengalaman untuk menjalani perjanjian yang baru. "Krisis keanekaragaman hayati dunia sangat darurat tapi sejauh ini kemajuan Pertemuan Keanekaragaman Hayati PBB masih sangat lambat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement