REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Suara tembakan terdengar di sekitar tempat unjuk rasa pendukung kelompok syiah Hizbullah dan sekutunya di Beirut, Lebanon. Mereka menentang keputusan hakim dalam penyelidikan ledakan di pelabuhan tahun lalu.
Dalam siaran langsung al-Jadeed TV, Kamis (14/10) terlihat orang-orang berlari mencari tempat perlindungan dari tembakan. Suara sirine ambulans juga terdengar jelas di lokasi unjuk rasa.
Reporter di lokasi kejadian mengatakan sumber suara tembakan di di bundaran Tayouneh. Belum ada laporan mengenai korban jiwa atau luka.
Sebelumnya sebuah dokumen menunjukkan pengadilan menolak keluhan hukum terhadap hakim Tarek Bitar. Sehingga hakim tersebut dapat melanjutkan penyelidikan terhadap ledakan yang menewaskan 200 orang lebih bulan Agustus tahun lalu.
Bitar ditekan oleh kelompok-kelompok yang menuduhnya bias. Hizbullah mendorong agar ia dipecat.
Wilayah Tayouneh adalah perbatasan antara pemukiman warga kristen dan Syiah di Beirut. Daerah tersebut garis depan perang sipil 1975 hingga 1990. Para pengunjuk rasa Hizbullah berkumpul di jalan ke arah pemukiman muslim syiah.
Penyelidikan Bitar terhadap ledakan non-nuklir terkeras yang pernah tercatat itu menambah perpecahan di Lebanon. Serta mengalihkan perhatian pemerintah baru yang harusnya mengatasi krisis ekonomi.
Kritikusnya keberatan dengan upaya Bitar menanyai politisi dan pejabat keamanan yang diduga lalai sehingga tumpukan amonium nitrat di gudang pelabuhan Beirut meledak. Ledakan menewaskan 200 orang lebih dan menghancurkan sebagian Beirut.
Ratusan laki-laki berkumpul di gedung pengadilan untuk menggelar unjuk rasa. Beberapa orang menginjak foto Bitar. Tentara Lebanon mengamankan demonstrasi tersebut.
Meski tidak ada anggotanya yang menjadi target penyelidikan Hizbullah yang didukung Iran menuduh Bitar hanya menyelidiki politisi tertentu. Termasuk sekutu-sekutu kelompok bersenjata tersebut.