REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Presiden Tunisia Kais Saied mengatakan akan menarik paspor diplomatik salah satu pendahulunya, Moncef Marzouki. penarikan itu disampaikan usai Marzouki yang juga mantan presiden itu mendesak Prancis mengakhiri dukungannya untuk Tunisia.
"Saya akan menarik paspor diplomatiknya karena dia adalah salah satu musuh Tunisia. Dia tidak bisa menggunakan hak istimewa ini untuk mengunjungi ibu kota dan merusak kepentingan Tunisia," kata Saied, merujuk pada Marzouki, tetapi tanpa menyebutkan namanya.
Menurut Saied, Tunisia adalah negara yang bebas dan merdeka dan tidak ada campur tangan dalam urusannya."Beberapa telah menggunakan perlindungan di luar negeri untuk menyerang kepentingan Tunisia," ujarnya pada pertemuan pertama kabinet baru dikutip dari Aljazirah.
Pekan lalu, dalam pidato yang dibagikan secara daring, Marzouki yang berbasis di Prancis, meminta pihak berwenang Prancis untuk tidak membantu rezim diktator di Tunisia. Dia pun berbicara kepada demonstran anti-Saied di Paris dengan mengatakan pemerintah Prancis harus menolak dukungan apa pun untuk Saied dan rezimnya yang telah berkomplot melawan revolusi dan menghapuskan konstitusi.
Usai pernyataan itu Saied tidak tinggal diam dan meminta menteri kehakiman untuk membuka penyelidikan atas tuduhan bahwa Marzouki telah berkonspirasi melawan keamanan negara.
Saied berada di bawah tekanan internasional yang kuat, terutama dari kekuatan Barat, untuk mengumumkan peta jalan yang jelas untuk kembali ke politik konstitusional setelah merebut berbagai kekuatan pada akhir Juli. Dia meluncurkan pemerintahan baru pada Senin (11/10), tetapi tidak memberikan indikasi bahwa dia siap untuk melepaskan kendali.