REPUBLIKA.CO.ID, TASHKENT -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (18/10), mengirim 100 metrik ton bantuan ke Afghanistan dari bandara Termez Uzbekistan. Menurut UNHCR Asia Tengah, bantuan akan diangkut dengan truk ke Mazar-e-Sharif, Afghanistan melalui penyeberangan perbatasan Termez-Hairatan dari Termez Cargo Centre.
Pasokan bantuan kemanusiaan itu bertujuan untuk membantu warga Afghanistan mempersiapkan diri menghadapi musim dingin. Perwakilan UNHCR untuk Asia Tengah, Dumitru Lipcanu, mengatakan, rute baru pengiriman bantuan tersebut akan berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi krisis Afghanistan.
“Kami percaya rute baru pengiriman bantuan ini akan berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Afghanistan, dan untuk membantu jutaan orang yang terkena dampaknya,” ujar Lipcanu, dilansir Anadolu Agency, Selasa (19/10).
Menurut UNHCR, lebih dari 3,5 juta warga Afghanistan telah mengungsi. Jumlah tersebut termasuk lebih dari setengah juta warga yang mengungsi sejak awal tahun.
Sebelumnya Uni Eropa (UE) telah mengumumkan paket bantuan kemanusiaan senilai 1 miliar euro untuk Afghanistan. Bantuan tersebut digunakan untuk mendukung penduduk sipil, melindungi hak asasi manusia dan meningkatkan kampanye vaksinasi Covid-19.
Dari total jumlah bantuan, sebesar 550 juta euro akan disalurkan melalui organisasi internasional yang bekerja di Afghabistan. Sementara sisanya yaitu 450 juta euro belum dialokasikan untuk tujuan konkret.
UE mengatakan, mereka siap memobilisasi bantuan uang tunai untuk negara-negara tetangga Afghanistan, seperti Iran dan Pakistan. Bantuan tersebut bertujuan untuk membantu mereka menampung pengungsi Afghanistan serta melawan peningkatan baru dalam aktivitas teroris dan kejahatan terorganisir di wilayah tersebut. Rencana dukungan ini belum dirancang dan akan bergantung pada perkembangan situasi di Afghanistan.
Setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban, para menteri nasional dari 27 negara anggota UE sepakat untuk meningkatkan dukungan keuangan bagi negara-negara tetangga untuk menghindari terulangnya krisis migrasi 2015. Ketika itu lebih dari satu juta pencari suaka, yang sebagian besar berasal dari Afghanistan tibq di perbatasan luar Uni Eropa.
UE saat ini fokus untuk menyuntikkan dukungan langsung ke LSM di Afghanistan, serta ke negara-negara tetangga, untuk mencegah krisis kemanusiaan dan kehancuran ekonomi negara. Hal ini berpotensi menyebabkan eksodus besar-besaran warga Afghanistan menuju benua Eropa.
Sementara itu, UE tetap membekukan paket bantuan pembangunan senilai 1 miliar euro. Komisi Eropa mengatakam, bantuan pembangunan membutuhkan kerja sama yang lebih erat dengan pemerintah dan otoritas publik, yang saat ini didominasi oleh Taliban.
Pencairan program paket bantuan pembangunan bergantung pada lima persyaratan yang ditetapkan oleh menteri luar negeri UE pada pertengahan September. Kriteria tersebut mencakup penghormatan terhadap supremasi hukum dan hak asasi manusia, termasuk hak-hak perempuan, dan jaminan bahwa operasi bantuan kemanusiaan dapat dilanjutkan.
"Kami sudah jelas tentang kondisi kami untuk setiap keterlibatan dengan pihak berwenang Afghanistan, termasuk tentang penghormatan hak asasi manusia," ujar Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dilansir Euro News.