REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara pada Sabtu (23/10) menuduh Pemerintah Amerika Serikat (AS) meningkatkan ketegangan militer dengan China melalui dukungannya terhadap Taiwan. Korea Utara mengatakan bahwa, kehadiran militer AS yang berkembang di kawasan merupakan ancaman potensial bagi Pyongyang.
Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Pak Myong-ho mengkritik AS karena mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan. Korea Utara juga mengecam AS yang mendukung sistem senjata dan pelatihan militer Taiwan. "Ini adalah campur tangan yang tidak bijaksana dan akan memicu situasi rumit di Semenanjung Korea," ujar Pak.
Korea Utara mengkritik peran keamanan AS yang lebih luas di Asia Pasifik, di tengah persaingan yang semakin ketat dengan China. Bulan lalu, Korea Utara mengancam tindakan balasan, menyusul keputusan pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menyediakan kapal selam bertenaga nuklir ke Australia.
"Ini adalah fakta yang diketahui bahwa pasukan AS dan pangkalan militernya di (Korea Selatan) digunakan untuk menekan Cina. Kekuatan besar AS dan negara-negara satelitnya, yang terkonsentrasi di dekat Taiwan, dapat berkomitmen pada operasi militer yang menargetkan DPRK setiap saat,” kata Pak, menggunakan singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).
Pak mengatakan, kehadiran militer AS di kawasan itu akan menyebabkan masalah di Taiwan dan Semenanjung Korea. "Realitas ini membuktikan bahwa AS berupaya untuk melumpuhkan negara kami dan China," kata Pak.
Negosiasi nuklir antara Washington dan Pyongyang telah terhenti selama lebih dari dua tahun. Pyongyang melihat kepemilikan senjata nuklir sebagai penjamin utama kelangsungan hidup rezim keluarga Kim yang telah menjalankan negara dengan tangan besi sejak 1940-an.