REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA – Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) untuk Ethiopia meminta semua warganya meninggalkan negara tersebut sesegera mungkin. Hal itu disampaikan saat konflik sipil di sana kian sengit.
“Lingkungan keamanan di Ethiopia sangat cair. Kami menyarankan warga AS yang berada di Ethiopia meninggalkan negara ini sesegera mungkin,” kata Kedubes AS di Addis Ababa pada Jumat (5/11).
Kedubes AS mengatakan, warganya yang ingin meninggalkan Ethiopia dapat melakukannya dari Bandara Internasional Bole. Pada Kamis (4/11) lalu, Utusan Khusus AS untuk Tanduk Afrika, Jeffrey Feltman, mendarat di Ethiopia. Dia diutus Washington untuk membantu meredakan pertempuran di sana.
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed telah meminta seluruh warga mempersenjatai diri dan memerangi Tigray People's Liberation Front (TPLF). Pemerintahannya juga telah mengumumkan keadaan darurat.
Dewan Keamanan PBB telah menyerukan agar pertempuran di Ethiopia dihentikan. Mereka mendorong para pihak yang berkonflik melakukan pembicaraan gencatan senjata. "(Dewan Keamanan) menyerukan (para pihak) menahan diri dari ujaran kebencian yang mengasut serta hasutan untuk melakukan kekerasan dan perpecahan," kata Dewan Keamanan PBB dalam sebuah pernyataan pada Jumat (5/11).
Selain itu, Dewan Keamanan PBB menyerukan para pihak menghormati hukum humaniter internasional dan membuka akses kemanusiaan yang aman. Di sisi lain, komunitas internasional diserukan meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk Ethiopia.
Konflik di wilayah Tigray telah memaksa lebih dari dua juta warga Ethiopia mengungsi. Kelompok pemberontak mengancam akan bergerak ke ibu kota Addis Ababa. Militer Ethiopia telah meminta mantan pasukan bergabung kembali untuk memerangi mereka.
PBB menyebut, hingga 7 juta orang di wilayah Tigray, Amhara, dan Afar membutuhkan bantuan. Sekitar 400 orang diperkirakan hidup dalam kondisi kelaparan.