Selasa 16 Nov 2021 07:02 WIB

Putra Qaddafi, Pencalonan Presiden, dan Tuduhan Dekat Israel

Saif al-Islam putra Muammar Qaddafi maju sebagai calon presiden Libya

Rep: Rizky Jaramaya, Dwina Agustina   / Red: Nashih Nashrullah
Saif al-Islam putra Muammar Qaddafi maju sebagai calon presiden Libya.

Saif kemungkinan akan memainkan nostalgia untuk era sebelum pemberontakan 2011 yang menyapu ayahnya dari kekuasaan dan mengantarkan satu dekade kekacauan dan kekerasan. Para analis mengatakan, dia mungkin tidak terbukti menjadi yang terdepan.  

Era Qaddafi masih dikenang oleh banyak orang Libya sebagai salah satu otokrasi yang keras. Sementara Saif dan tokoh-tokoh rezim sebelumnya telah keluar dari kekuasaan begitu lama sehingga mereka mungkin merasa sulit untuk memobilisasi dukungan sebanyak saingan utama.

Namun, setelah pengumuman Said, para pendukung Qaddafi berdemonstrasi di kampung halamannya di Sirte, dan di Bani Walid, bekas benteng Qaddafi.

Sosok Saif adalah salah satu yang paling terkenal di Libya dan pernah memainkan peran utama dalam membentuk kebijakan sebelum pemberontakan yang didukung NATO 2011 yang menghancurkan rezim keluarganya. Namun, dia hampir tidak terlihat selama satu dekade. 

Hanya satu kali pemandangan publik yang Said hadiri sejak dia ditangkap selama pertempuran pada 2011, yaitu ketika muncul melalui tautan video di hadapan pengadilan Tripoli. Saat itu pengadilan menjatuhkan hukuman mati atas kejahatan perang.

Terlepas dari keputusan itu, Said tidak pernah meninggalkan wilayah pegunungan Zintan, di luar perintah otoritas Tripoli. Masuknya dia secara resmi ke dalam pemilihan yang aturannya masih diperebutkan oleh faksi-faksi Libya yang berselisih dapat menimbulkan pertanyaan baru tentang kontes yang menampilkan kandidat yang dipandang di beberapa wilayah sebagai tidak dapat diterima.

Baca juga: Tiga Perangai Buruk dan Tiga Sifat Penangkalnya  

Jaksa militer Libya bertanggung jawab kepada Kementerian Pertahanan pemerintah persatuan di Tripoli menegaskan telah menulis kepada komisi pemilihan untuk menuntut penundaan pencalonan Qaddafi.

Terlepas dukungan publik dari sebagian besar faksi Libya dan kekuatan asing untuk pemilihan pada 24 Desember, pemungutan suara tetap diragukan karena entitas saingan masih bertengkar tentang aturan dan jadwal. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement