Selasa 16 Nov 2021 10:11 WIB

Erdogan: AS tak Kirim F-55, Turki Dapat Tawaran Baru

AS telah meminta Turki untuk memulangkan sistem persenjataan Rusia S-400.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto:

Permasalahan pengiriman jet ini, menurut Erdogan, dapat membuka jalan bagi Turki untuk memproduksi sistem pertahanannya sendiri.

"Kami telah mengangkat industri pertahanan kami ke liga raksasa meskipun geng-geng global telah berusaha membuat kami bergantung pada mereka,” kata Erdogan pada pertemuan Konfederasi Serikat Buruh Pegawai Negeri (Memur-Sen) di Istanbul.

Rusia siap membantu

Sementara itu, Rusia sedang dalam pembicaraan dengan Turki dan telah menawarkan bantuannya dalam mengembangkan jet tempur canggih.  "Rusia telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk membantu Turki (dalam pengembangan jet tempur generasi kelima)," ujar Kepala Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Teknis-Militer (FSMTC), Dmitry Shugayev, mengatakan kepada kantor berita RIA.

"Kami masih dalam tahap negosiasi proyek ini," katanya.

Presiden Erdogan mengatakan, Turki sedang mempertimbangkan lebih banyak langkah bersama dengan Rusia dalam industri pertahanan, termasuk untuk jet tempur. Pernyataan itu muncul setelah pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada akhir September.

Kepala Kepresidenan Industri Pertahanan Turki (SSB), Ismail Demir, mengatakan pada September, bahwa negara itu terbuka untuk bekerja sama dengan negara-negara sahabat dalam proyek-proyek seperti pembuatan pesawat tempur.

Baca juga : Eks Penasihat Trump Serukan Satu Agama di Amerika Serikat

Turki saat ini sedang mengerjakan pengembangan National Combat Aircraft (MMU) yang akan menjadi jet tempur siluman generasi kelima yang dirancang di dalam negeri.

Kontraktor utama Turkish Aerospace Industries (TAI) awal bulan ini mengumumkan telah memproduksi bagian pertama dari jet tersebut. Pesawat akan terdiri dari hampir 20 ribu bagian dan produksi kemungkinan akan selesai pada akhir 2022. Demir mengatakan, pintu terbuka untuk negara-negara sahabat dan sekutu yang ingin menjadi bagian dari proyek tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement