Senin 22 Nov 2021 02:20 WIB

Pegawai Pemerintahan di Afghanistan Mulai Terima Gaji

Afghanistan memasuki krisis keuangan yang parah sejak diambil alih Taliban.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pejuang Taliban mengamankan daerah itu setelah sebuah bom pinggir jalan meledak di Kabul Afghanistan, Senin 15 November 2021. Bom itu meledak di jalan yang sibuk di ibukota Afghanistan pada hari Senin, melukai dua orang, kata polisi.
Foto: AP/Petros Giannakouris
Seorang pejuang Taliban mengamankan daerah itu setelah sebuah bom pinggir jalan meledak di Kabul Afghanistan, Senin 15 November 2021. Bom itu meledak di jalan yang sibuk di ibukota Afghanistan pada hari Senin, melukai dua orang, kata polisi.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban yang saat ini memimpin Afghanistan mengumumkan akan mulai membayar tiga bulan gaji pegawai pemerintah, yang telah jatuh tempo. Pembayaran dilakukan mulai pada Sabtu (20/11). 

Sebagian besar pegawai pemerintah belum menerima gaji sejak Taliban mengambil alih kendali pada pertengahan Agustus. Afghanistan kemudian memasuki krisis keuangan yang parah.

Baca Juga

"Kami akan mulai membayar gaji mulai hari ini. Kami akan membayar gaji tiga bulan," ujar Juru Bicara Kementerian Keuangan Ahmad Wali Haqmal dalam konferensi pers, dilansir Gandhara, Ahad (21/11). 

Sejak Taliban berkuasa, Afghanistan telah mengalami krisis perbankan besar, dengan inflasi yang melonjak dan mata uang yang jatuh. Krisis keuangan telah diperburuk oleh pembekuan 10 miliar dolar AS dalam cadangan Bank Sentral negara itu, yang ditempatkan di Amerika Serikat (AS).

Hal tersebut meninggalkan Taliban sebagai penguasa baru Afghanistan dengan dana terbatas. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) juga menghentikan akses negara Asia Selatan itu ke pendanaan.

Donor asing telah memberikan lebih dari 75 persen pengeluaran kepada Pemerintah Afghanistan yang didukung AS dan negara-negara Barat sebelumnya. Bahkan kemudian, banyak pegawai negeri harus bekerja berminggu-minggu atau berbulan-bulan tanpa bayaran, sebelum Taliban resmi mengambil alih negara itu.

Situasi ekonomi yang memburuk telah memaksa warga Afghanistan untuk mengambil pinjaman atau menjual aset untuk bertahan hidup. Banyak pegawai pemerintah yang berhenti bekerja dan mencari nafkah dengan menjual makanan atau barang di jalanan.

Mohammad Ismail, seorang pegawai sipil penerbangan, mengatakan bahwa sekarang dapat membayar kembali utang yang dia keluarkan. Ia sebelumnya tidak menerima gaji selama tiga bulan.

"Saya belum menerima gaji saya selama tiga bulan sekarang. Sekarang saya senang gaji kami dibayar sehingga saya bisa melunasi utang saya,” jelas Ismail.

Seorang ibu empat anak yang bekerja menjahit seragam di Kementerian Dalam Negeri Afghanistan juga mengatakan menghadapi masalah ekonomi setelah tidak menerima gaji selama tiga bulan. Ia mengaku telah hidup dalam kemiskinan dan kesulitan yang ekstrem. 

“Musim dingin akan datang dan kami tidak punya bahan bakar atau makanan. Saya senang pemerintah membayar gaji kami,” kata ibu tersebut. 

Sementara itu, Miraj Mohammad Miraj, seorang pejabat di Kementerian Keuangan Afghanistan, mengatakan pihak berwenang sekarang dapat membayar kembali gaji setelah mengumpulkan pendapatan sekitar 277 juta dolar AS dari pajak dan bea cukai. Menurutnya, pendapatan yang dihimpun negara itu dari hari ke hari semakin meningkat.

Salah satu juru bicara Taliban, Inamullah Samangani, mengatakan bahwa pembayaran pekerja pensiunan juga akan segera dilanjutkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement