Dilansir NBC News, selain risiko berat seperti cacat lahir, juga terdapat efek samping ringan dari pil Covid-19 Merck. Sekitar dua persen pasien dilaporkan mengalami diare setelah konsumsi molnupiravir.
FDA juga mencatat bahwa Merck mengumpulkan jauh lebih sedikit data keamanan secara keseluruhan pada pil Covid-19 terbaru ini dibandingkan yang dikumpulkan untuk terapi pengobatan infeksi virus corona jenis baru lainnya. Regulator kesehatan AS ini menyebut bahwa sementara basis data keamanan klinis kecil, tidak ada masalah keamanan utama yang diidentifikasi.
Selain itu, FDA menandai kekhawatiran bahwa obat Merck menyebabkan perubahan kecil pada protein lonjakan (spike protein) khas virus corona, yang digunakan untuk menembus sel manusia. Secara teoretis, badan tersebut memperingatkan, perubahan itu dapat menyebabkan varian baru yang berbahaya.
FDA akan meminta penasihat independen badan tersebut untuk membahas semua masalah itu. Dari sana, diharapkan dapat ditentukan apakah manfaat keseluruhan obat pil Covid-19 dari Merck lebih besar daripada risikonya.
Semua obat Covid-19 yang saat ini disahkan oleh FDA memerlukan suntikan atau infus oleh profesional kesehatan. Jika diizinkan, pil molnupiravir akan menjadi yang pertama dapat digunakan oleh pasien AS di rumah atau secara mandiri untuk meringankan gejala dan mempercepat pemulihan.
Di Inggris, molnupiravir sudah diotorisasi untuk penggunaan darurat. Molnupiravir telah terbukti secara signifikan mengurangi tingkat rawat inap dan kematian di antara orang-orang yang terinfeksi virus corona jenis baru dengan gejala ringan hingga sedang.