Kamis 02 Dec 2021 01:51 WIB

Perjuangan Mahasiswa India Lawan Diskriminasi Kasta Dalit

Mahasiswa kasta Dalit India kerap dirisak di kampus bahkan hingga ada yang bunuh diri

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Mahasiswa kasta Dalit India kerap dirisak di kampus bahkan hingga ada yang bunuh diri. Ilustrasi.
Foto:

Manipulasi Psikis

Abeda Salim Tadvi, yang memiliki putri bernama Payal yang berusia 26 tahun meninggal karena bunuh diri di kamar asrama kampusnya pada Mei 2019, menyalahkan diskriminasi kasta dan intimidasi atas kematiannya. Sebagai dokter yang menempuh pendidikan spesialis di sebuah rumah sakit Mumbai, Payal sedang menjalani program master dalam kebidanan dan ginekologi.

Namun Payal tetapi menghadapi pelecehan setiap hari. Pelecehan itu dari pemanggilan nama dan diminta untuk tidur di lantai oleh teman sekamar hingga dilarang menghadiri operasi penting.

"Kesedihan masih ada di hati saya ... saya tidak bisa melepaskannya," kata Tadvi, mengingat banyak percakapan dengan putrinya tentang bagaimana dia dilecehkan oleh mahasiswa yang lebih senior dalam program dokter spesialis.

"Kami mencoba mengabaikannya, mengeluh tentang hal itu tetapi pada akhirnya dia tidak bisa menghadapinya. Tidak ada mekanisme di kampus yang meyakinkan atau mendukungnya," terang Tadvi.

Tadvi bersama dengan Radhika Vemula, yang putranya Rohith, seorang sarjana PhD di Universitas Hyderabad bunuh diri pada 2016 dan menyinggung diskriminasi kasta dalam catatan bunuh diri, telah mengajukan petisi di pengadilan tinggi India menuntut tindakan. Dalam petisi mereka pada kasus yang sedang berlangsung, kedua wanita itu mengatakan semua universitas dan institusi pendidikan tinggi harus membentuk unit kesetaraan untuk memastikan keluhan tentang diskriminasi kasta ditangani.

Saat ini, jarang ada konsekuensi bagi pejabat perguruan tinggi jika kasus diskriminasi kasta dilaporkan di kampus mereka, kata pengacara perempuan, Disha Wadekar. "Tanggapan paling umum terhadap keluhan adalah manipulasi psikis, di mana para siswa diberi tahu bahwa keluhan itu 'semua ada di kepala Anda'," katanya.

Akan tetapi Tadvi berharap kasusnya akan membawa perubahan ."Siswa dan orang tua harus terus mengeluh karena itulah satu-satunya cara untuk mencatat kasus yang terjadi dan menyoroti perjuangan kami," katanya dari rumahnya di Jalgaon di negara bagian Maharashtra.

Mohanan mengatakan dia juga berharap perjuangannya akan membantu membuat kehidupan siswa lebih mudah bagi Dalit lainnya. "Begitu banyak siswa dari seluruh India menelepon saya setelah saya mengakhiri pemogokan. Mereka mengatakan merasa penuh harapan," katanya. "Untuk mereka dan putri saya, saya senang saya angkat bicara," imbuh Mohanan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement