Kamis 23 Dec 2021 07:11 WIB

WHO: Program Vaksinasi Booster Bisa Perpanjang Pandemi Covid

Program booster mengalihkan vaksin ke negara yang cakupannya sudah tinggi.

Rep: Kamran Dikarma/Kiki Sakinah/Shelby Asrianti/Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 ke siswa di SD BPI Bandung, Jalan Halimun, Kota Bandung, Rabu (22/12). WHO menilai program booster di sejumlah negara bakal memperdalam ketimpangan distribusi vaksin dan berisiko memperpanjang pandemi.
Foto:

Sebelumnya, WHO mengatakan virus korona varian Omicron lebih cepat menular dari varian Delta dan menginfeksi orang yang sudah divaksinasi atau baru pulih dari Covid-19. Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan 'tidak bijak' menyimpulkan dengan data awal gejala yang ditimbulkan Omicron lebih ringan dari varian sebelumnya.

"Dengan angka yang terus naik, sistem kesehatan akan terbebani," kata Soumya Swaminathan, Selasa (21/12).

Ia mengatakan Omicron berhasil menghindari beberapa respons imun. Artinya, program vaksin booster yang digelar banyak negara harus menargetkan pada masyarakat yang sistem imunnya rendah.

"Terdapat bukti yang kini konsisten, Omicron menyebar lebih cepat dibandingkan varian Delta," kata direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers.

"Dan tampaknya orang yang sudah divaksin atau pulih dari Covid-19 dapat terinfeksi atau terinfeksi ulang," kata Tedros.

Pernyataan WHO ini senada dengan temuan Imperial Collage London yang pekan lalu mengatakan resiko terinfeksi ulang lima kali lipat lebih tinggi. Selain itu juga tidak ada tanda-tanda Omicron lebih ringan dari Delta.

Namun WHO mengatakan bentuk vaksinasi imunitas lainnya mungkin dapat mencegah infeksi. Pertahanan antibodi dari beberapa tindakan mungkin berkurang tapi masih ada harapan untuk mencegah gejala berat. Pilar kedua respons imun yakni T-sel menyerang sel manusia yang terinfeksi.

"Walaupun kami melihat netralisasi antibodi berkurang, hampir semua analisa awal menunjukkan T-sel tetap utuh, itulah yang benar-benar kami butuhkan," kata pakar WHO Abdi Mahamud.

Namun menunjukkan betapa masih sedikitnya yang diketahui cara untuk mengatasi varian baru yang terdeteksi bulan lalu itu, Swaminathan mengatakan 'tentu masih ada tantangan'. "Banyak monoklonal tidak akan bekerja dengan Omicron," katanya.

Ia merujuk tentang pengobatan yang meniru antibodi melawan infeksi dengan alami tapi ia tidak menjelaskannya detailnya lebih lanjut. Beberapa produsen obat menyinggung metode yang sama. 

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement