REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO -- Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador pada Senin (3/1/2022) mengatakan dia telah meminta pembebasan dan "pengampunan" pendiri WikiLeaks Julian Assange dari mantan Presiden AS Donald Trump.
Permintaan itu dibuat dalam sebuah surat sebelum Trump turun tahta dari Gedung Putih, tetapi, menurut Lopez Obrador, permohonannya tidak dijawab.
Presiden Meksiko sekali lagi menawarkan suaka politik kepada Assange sambil meminta AS untuk bertindak "secara manusiawi" dalam kasus Assange.
Baca: Jerat Kemiskinan Pembelot Korut di Korsel
Pada konferensi pers hariannya, Lopez Obrador memuji kebijakan luar negeri Meksiko untuk pencari suaka dan memastikan bahwa Assange tidak menimbulkan risiko bagi Meksiko jika dia mematuhi hukum Meksiko dan tidak campur tangan dalam urusan luar negeri.
"Yah, kami telah menetapkan posisi kami, dan kami bersedia menawarkan suaka kepada Assange di Meksiko. Itu adalah posisi kami. Kami percaya bahwa pemerintah Amerika Serikat harus bertindak secara manusiawi.
"Assange sakit, dan itu akan menjadi bentuk solidaritas, persaudaraan, untuk memungkinkan dia menerima suaka di negara tempat Assange memutuskan untuk tinggal, termasuk Meksiko," kata Lopez Obrador pada konferensi pers.
Baca: Arab Saudi Siap Berdialog dengan Iran demi Keamanan Regional
Pada Januari 2021, Lopez Obrador telah menawarkan suaka politik kepada Assange setelah pengadilan Inggris menolak ekstradisinya ke AS. Saat itu, Obrador memuji keputusan pengadilan yang mendukung Assange. Namun bulan lalu, AS memenangkan banding terhadap pengadilan Inggris banding AS yang memungkinkan ekstradisi itu dilakukan.
AS menuduh Assange melakukan spionase setelah WikiLeaks menerbitkan ratusan ribu halaman dokumen pemerintah, email, dan komunikasi lainnya, termasuk yang berkaitan dengan kemungkinan kejahatan perang oleh pasukan AS di Afghanistan dan Irak.
Baca: Media Pro-Demokrasi Ditutup, Hong Kong Bungkam Kebebasan Pers?