REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) membantah tuduhan bahwa mereka sebagai dalang di balik aksi protes dan bentrokan yang mengguncang Kazakhstan. Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan, klaim Rusia yang menuduh keterlibatan AS dalam kerusuhan di Kazakhstan adalah tidak benar.
“Ada beberapa klaim gila Rusia tentang keterlibatan AS. Jadi, izinkan saya menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan bahwa itu benar-benar salah dan jelas merupakan bagian dari pedoman disinformasi standar Rusia,” kata Psaki, dilansir RT News, Kamis (6/1/2022).
Psaki tidak memerinci dan membeberkan identitas pihak Rusia yang menuduh peran AS dalam kerusuhan di Kazakhstan. Psaki mengatakan, Gedung Putih memantau situasi di Kazakhstan dengan cermat dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri. "Kami menyerukan kepada pengunjuk rasa untuk mengekspresikan diri secara damai dan bagi pihak berwenang untuk menahan diri," ujar Psaki.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, mereka memantau dengan cermat aksi protes di Kazakhstan dan menyerukan solusi damai. Kremlin telah memperingatkan terhadap campur tangan asing dalam konflik dan Kazakhstan dapat menangani masalahnya sendiri. Kremlin tidak menyebut AS sebagai dalang dari kerusuhan di Kazakhstan.
Pada Rabu (5/1/2022) malam, Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, meminta bantuan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia untuk menstabilkan situasi. Tokayev mengatakan, teroris terlatih asing telah menguasai fasilitas strategis. Tokayev kemudian mengumumkan keadaan darurat nasional.
Aksi protes pecah pada Ahad (2/1/2022), ketika pengemudi di Kota Zhanaozen di wilayah Mangystau yang kaya minyak, menggelar demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair (LPG) secara besar-besaran. Aksi protes kemudian menyebar ke Kota Aktau.
Protes juga terjadi di kota-kota barat, seperti Atyrau, Aktobe dan Oral, yang dikenal memiliki cadangan minyak dan gas alam. Aksi protes menyebar luas ke kota-kota lain di Kazakhstan dan berubah menjadi demonstrasi publik.
Para demonstran membakar mobil polisi, menyerbu gedung-gedung pemerintah, dan membakar istana presiden. Mereka juga menduduki bandara internasional di Almaty.