REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Jumat (14/1) meminta maaf kepada Ratu Elizabeth II atas dua pesta yang diadakan di Downing Street pada malam pemakaman Pangeran Philip. Juru bicara perdana menteri mengatakan, mereka menyesalkan kejadian tersebut.
"Sangat disesalkan bahwa ini terjadi pada saat berkabung nasional, dan No. 10 telah meminta maaf kepada istana," kata juru bicara Perdana Menteri Boris Johnson, dilansir Anadolu Agency, Sabtu (15/1).
Dua pesta yang digelar di Downing Street digelar bertepatan dengan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus korona. Ketika itu, pemerintah Inggris melarang pertemuan di dalam ruangan dan membatasi pertemuan di luar ruangan maksimal enam orang.
"Anda telah mendengar dari Perdana Menteri minggu ini, dia mengakui No.10 harus dipegang dengan standar tertinggi dan bertanggung jawab atas hal-hal yang tidak kami lakukan dengan benar," kata juru bicara perdana menteri.
Johnson mendapat kecaman terkait pesta yang digelar di Downing Street pada 17 April 2021, bertepatan dengan malam pemakaman Pangeran Philip. Laporan eksklusif dari surat kabar The Telegraph mengungkapkan bahwa, staf Downing Street minum alkohol hingga dini hari di dua pesta pada malam sebelum pemakaman Pangeran Philip. Pada 16 April 2021, Inggris menetapkan hari berkabung nasional atas meninggalnya Pangeran Philip dan memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di gedung-gedung pemerintah.
Saksi mata mengatakan, para staf Downing Street minum alkohol dalam jumlah yang berlebihan dengan musik yang sangat keras, sambil berdansa. Pertemuan itu berlangsung hingga larut malam.
Seorang juru bicara perdana menteri mengatakan mantan direktur komunikasinya, James Slack, memberikan pidato perpisahan di salah satu pesta yang digelar di Downing Street. Pada Jumat, Slack meminta maaf atas "kemarahan dan luka" yang disebabkan oleh pesta tersebut.
“Saya ingin meminta maaf dengan tulus atas kemarahan dan rasa sakit yang ditimbulkan. Peristiwa ini seharusnya tidak terjadi. Saya sangat menyesal, dan bertanggung jawab penuh," kata Slack.
Terungkapnya gelaran pesta di Downing Street selama penguncian Covid-19 telah memberikan lebih banyak tekanan pada Johnson. Sebelumnya, Johnson meminta maaf karena menghadiri pesta pada Mei 2020. Pesta itu digelar ketika Inggris menjalani penguncian atau lockdown pertama.
Seorang anggota parlemen Konservatif yang telah mendukung Johnson dalam menyetujui Brexit, Andrew Bridgen, mengatakan perdana menteri harus mengundurkan diri. Bridgen bersama dengan beberapa politisi lainnya, termasuk pemimpin Konservatif Skotlandia, Douglas Ross mendesak Johnson untuk mengundurkan diri.
"Saya akan selalu berterima kasih atas apa yang telah dicapai Boris dan warisannya harus diperkuat, sekarang dia harus keluar secara bermartabat dari politik," ujar Ross.